TANDA PERSETUJUAN



TANDA PERSETUJUAN

“Lagi firman Allah kepada Abraham: ‘Dari pihakmu engkau harus memegang perjanjian-Ku, engaku dan keturunanmu turun temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu seiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu” (Kejadian 17:9-11).

Kami tidak terkejut bahwa Allah melembagakan sebuah peringatan atau tanda sebagai cara untuk memateraikan kesepakatan antara diri-Nya dan Abraham. Tidak lama sebelum kelahiran Abraham Tuhan menyediakan, setelah air bah, pelangi sebagai pengingat, kepada umat manusia perihal perjanjian-Nya. Kemudian, dalam pengembaraan Israel di padang gurun, Dia memberi tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari, demikianlah juga berbagai pengorbanan darah, sebagai symbol dari hubungan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Tetapi mengapa sunat menjadi tanda yang menandakan perjanjian-Nya dengan Abraham? Karena ritual yang menyakitkan ini, yang dilakukan pada setiap laki-laki keturunan Ibrani dan dikenakan kepada setiap laki-laki yang diadopsi dalam masyarakat mereka penuh dengan pelajaran spiritual. Di antaranya: membuang daging (Rm. 2 :27, 28), meninggalkan semua tabiat dan beban yang paling peduli dari semuanya, rasa sakit dan penderitaan Yesus, yang mengesahkan “perjanjian yang lebih baik” milik Bapa-Nya dengan kepatuhan-Nya untuk menerima ngerinya rasa sakit Kalvari. Salah satu pasukan yang menyaksikan tindakan itu berseru: “Sesungguhnya orang ini adalah Anak Allah” (Mrk. 15:39).

Ketika kita yang hatinya disunat juga menangis dalam penyerahan kepada kasih karunia-Nya yang tak terhingga bagi kita, pengakuan ini dipandang surga sebagai tanda sikap yang membuka untuk kita semua hak dan janji-janji hubungan perjanjian dengan Allah kita. Dalam tindakan penurutan nyata seperti apakah kita dengan paling jelas mengungkapkan hubungan perjanjian kita yang terus berkelanjutan dengan Tuhan kita? Dengan menghormati hari Sabat-Nya. Inilah makna dari kata-kata Yehezkiel: “Akulah TUHAN. Allahmu: hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan lakukanlah peraturan-peraturan-Ku dengan setia, kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu.” (Yeh. 20: 19, 20). — bersama Radith Bagasatriadhi.

0 Response to "TANDA PERSETUJUAN "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel