DUA ORANG YANG BERBAKTI



DUA ORANG YANG BERBAKTI

Kepada sekelompok orang tertentu yang percaya akan diri mereka sendiri bahwa mereka adalah benar dan memandang rendah kepada orang lain, Kristus menuturkan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi pergi ke Bait Allah untuk berdoa, bukan sebab ia merasa bahwa ia adalah seorang berdosa yang memerlukan pengampunan, melainkan sebab ia mengira dirinya benar dan berharap untuk mendapat pujian. Perbaktiannya dianggapnya sebagai suatu jasa yang akan memperkenankan dia di hadapan Allah. Pada saat yang bersamaan dengan ini akan memberikan kesan yang tinggi kepada orangorang mengenai kesalehannya. Ia mengharapkan supaya diperkenan oleh Allah maupun oleh manusia. Perbaktiannya didorong oleh kepentingan diri sendiri.

Dan ia sangat memuji diri sendiri. Ia memperhatikan, berjalan dan berdoa untuk itu. Ia menarik dirinya dari antara orangorang lain seolaholah berkata, "Janganlah engkau hampir kepadaku, karena sucilah aku dari padamu,"1 ia berdiri dan berdoa "kepada dirinya sendiri." Dengan merasa sangat puas terhadap dirinya, ia mengira bahwa Allah dan manusia menganggapnya serupa itu pula.

"Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu," katanya, "karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini." Ia menilai tabiatnya, bukan dengan tabiat Allah yang suci, melainkan dengan tabiat orang lain. Pikirannya dialihkan jauh dari Allah kepada manusia. Inilah rahasia dari pada perasaan puas terhadap diri sendiri.

Ia melanjutkan menyebut perbuatanperbuatannya yang baik: "Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku." Agama orang Farisi itu tidak menjamah jiwa. Ia tidak mencari tabiat yang serupa Allah, hati yang dipenuhi dengan kasih dan pengasihan. Ia merasakan agama yang menyangkut kehidupan luar saja. Kebenarannya adalah kebenaran dirinya sendiribuahbuah perkataannya sendiri dan dinilai dengan ukuran manusia.

Siapapun yang yakin akan dirinya sendiri bahwa dia benar, akan merendahkan orang lain. Sebagaimana orang Farisi menilai dirinya dengan orang lain, begitulah ia menilai orang lain dengan dirinya sendiri. KebenaranNya diukur dengan kebenaran mereka, dan semakin buruk diri mereka, semakin suci tampaknya dalam perbandingan. Anggapan bahwa diri mereka benar telah menuntun dia untuk menuduh orang lain. "Orang lain" dihakimkan oleh dia sebagai pelanggarpelanggar hukum Allah. Dengan demikian ia justru menunjukkan roh setan, yaitu penuduh saudarasaudara. Dengan memiliki roh yang seperti ini mustahil bagi dia bersekutu dengan Allah. Ia pulang ke rumahnya tanpa memiliki sesuatu apapun dari berkat ilahi.

Si pemungut cukai telah pergi ke kaabah dengan orangorang lain yang turut berbakti, tetapi ia segera memisahkan dirinya dari mereka, merasa diri tidak layak bersatu di dalam perbaktiannya. Jauhjauh ia berdiri, "bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri," dalam derita yang pahit dan merasakan dirinya keji. Ia merasa bahwa ia telah melanggar terhadap Allah, bahwa ia telah berdosa dan cemar. Ia malah tidak bisa mengharapkan pengasihan dari orang yang berada di sekelilingnya; karena mereka melihat dia dengan hina. Ia tahu bahwa ia tidak mempunyai jasa untuk memujikan dirinya kepada Allah dan dalam keadaan yang sama sekali putus asa ia berteriak, "Ya Allah kasihanilah aku orang berdosa." Ia tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Karena dipenuhi dengan perasaan bersalah, ia berdiri seolaholah sendirian di hadirat Allah. Keinginan satusatunya hanyalah pengampunan dan kedamaian, permohonan satusatunya adalah pengasihan Allah. Dan ia diberkati. "Aku berkata kepadamu," ujar Kristus, "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, dan orang lain itu tidak."

Orang Farisi dan pemungut cukai menggarnbarkan dua golongan manusia di mana orang yang dapat berbakti kepada Allah dibagi. Dua wakil pertama dari golongan manusia ini terdapat dalam diri kedua anak yang pertamatama lahir di bumi. Kain merasa dirinya benar dan ia datang kepada Allah dengan suatu persembahan syukur saja. Ia tidak mengadakan pengakuan dosa dan merasa tidak memerlukan pengasihan. Tetapi Habil datang dengan darah yang menunjukkan kepada Anak Domba Allah. Ia datang sebagai seorang berdosa, mengaku dirinya tersesat; pengharapan satusatunya adalah Kasih Allah tanpa merasa diri layak. Tuhan menghargai persembahannya, tetapi kepada Kain dan persembahannya tidak dihargaiNya. Menyadari keperluan, mengakui kemiskinan dan dosa kita, adalah syarat pertama mengenai penerimaan Allah. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." Bagi setiap golongan yang diwakili orang Farisi dan pemungut cukai, terdapat suatu pelajaran dalam sejarah rasul Petrus. Ketika mulamula menjadi murid, Petrus merasa dirinya kuat. Seperti orang Farisi, ia merasa dirinya "tidak seperti orang lain." Ketika Kristus pada malam sebelum dikhianati memberi amaran terlebih dulu kepada muridmuridNya, "Kamu semua akan tergoncang imanmu," Petrus dengan penuh keyakinan berkata, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak."3 Petrus tidak tahu mengenai bahaya terhadap dirinya. Terlalu berharap pada diri sendiri telah menyesatkan dia. Ia mengira bahwa dirinya sanggup menahan pencobaan; tetapi dalam beberapa jam yang singkat datanglah ujian dan dengan kutukan dan sumpah ia menyangkal Tuhannya.

Ketika ayam berkokok mengingatkan dia dari hal perkataannya kepada Kristus, ia heran dan terkejut atas apa yang baru saja dilakukannya, ia menoleh dan memandang kepada Tuhannya. Pada saat itu Kristus memandang kepada Petrus dan di balik pandangan yang sedih itu, Petrus mengerti dirinya. Ia keluar dan menangis tersedusedu. Pandangan Kristus menghancurkan hatinya. Petrus telah datang pada titikalih dan dengan sedih bertobat atas dosanya. Ia seperti pemungut cukai yang menyesal dan bertobat, dan seperti pemungut cukai itu ia mendapat pengasihan. Pandangan Kristus menjamin pengampunannya.

Sekarang perasaan yakin terhadap diri sudah hilang. Tidak pernah lagi sifatsifat yang angkuh itu diulangi. Sesudah kebangkitanNya tiga kali Kristus menguji Petrus, "Simon anak Yonas," kataNya, "apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka itu?" Petrus sekarang tidak meninggikan dirinya di atas sesama saudaranya. Ia berseru kepada Dia yang dapat membaca hatinya: "Tuhan," . sahutnya, "Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau."

Lalu ia menerima tugasnya. Suatu pekerjaan yang lebih luas dan lebih rumit yang pernah diserahkan kepadanya. Kristus memohon kepadanya untuk menggembalakan dombadomba serta anakdomba. Ia menyerahkan ke dalam tangannya jiwajiwa yang untuknya Juruselamat telah menyerahkan nyawaNya sendiri, Kristus memberi kepada Petrus bukti yang paling kuat mengenai keyakinan dalam pemulihanNya. Murid yang tadinya gelisah, angkuh, yakin terhadap diri saja telah menjadi orang, yang takluk dan bertobat. Sejak waktu itu ia mengikuti Tuhan dalam penyangkalan diri dan pengorbanan diri. Ia adalah orang yang ikut serta dalam kesengsaraan Kristus, dan bila Kristus akan duduk di takhta kemuliaanNya, Petrus pun akan ikut serta dalam kemuliaanNya.

Kejahatan yang memimpin kepada kejatuhan Petrus dan yang menutupi orang Farisi dari persekutuan dengan Allah, terbukti telah menghancurkan ribuan orang sekarang ini. Tidak ada perkara yang begitu menyakitkan hati Allah, atau begitu berbahaya kepada jiwa manusia, seperti keangkuhan dan merasa diri kuat. Dari semua dosadosa inilah dosa yang paling tidak berpengharapan dan paling susah diperbaiki.

Kejatuhan Petrus bukanlah tibatiba, tetapi lambat laun. Keyakinan atas diri sendiri telah membawa dia kepada keyakinan bahwa dia telah selamat, dan langkah demi langkah ditempuh dalam jalan yang menurun, sampai akhirnya ia dapat menyangkal TuhanNya. Kita tidak akan pernah dapat merasa aman dengan berharap terhadap keyakinan atas diri sendiri, atau merasa, ini di pihak sorga, bahwa kita aman terhadap pencobaan. Orang yang menerima Juruselamat, betapapun ikhlas pertobatannya, tidak pernah boleh diajarkan untuk mengatakan atau merasa bahwa mereka sudah selamat. Ini menyesatkan. Setiap orang harus diajar untuk mendambakan pengharapan dan iman; tetapi meski kita menyerahkan diri kita kepada Kristus dan tahu bahwa Ia menerima kita, kita bukan berada di luar jangkauan pencobaan. Firman Allah berbunyi, "Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji.''5 Hanya orang yang dapat bertahan atas pencobaan akan menerima mahkota hidup.

Orang yang menerima Kristus, dan di dalam keyakinannya yang pertamatama berkata, Aku diselamatkan, berarti berada dalam bahaya berharap kepada dirinya sendiri. Mereka tidak melihat kelemahankelemahannya sendiri dan keperluanNya yang terusmenerus akan kekuatan ilahi. Mereka tidak siap terhadap muslihat setan dan di bawah pencobaan, banyak orang, seperti Petrus, jatuh tenggelam dalam dosa. Kita diberi nasihat, "Siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hatihatilah supaya ia jangan jatuh." Keselamatan kita satusatunya adalah dalam keadaan tidak percaya terhadap diri, dan bergantung kepada Kristus.

Petrus perlu mempelajari kelemahankelemahan tabiatnya sendiri dan
keperluannya akan kuasa dan rahmat Kristus. Tuhan tidak dapat menyelamatkan dia dari percobaan, tetapi Ia dapat menyelamatkan saya dari kekalahan. Kalau Petrus mau menerima amaran Kristus, dia akan berjaga dan berdoa. Ia akan berjalan dengan takut dan gemetar janganjangan kakinya terantuk. Dan ia akan menerima pertolongan ilahi, sehingga setan tidak akan memperoleh kemenangan.

Adanya perasaan diri kuat membuat Petrus jatuh; dan perantaraan pertobatan dan kerendahan hatinya membuat dia dapat berdiri kembali. Dalam catatan pengalaman setiap orang berdosa yang bertobat dapat memperoleh penghiburan. Walau Petrus telah berbuat dosa yang menyedihkan, ia tidak ditinggalkan. Perkataan Kristus tertulis di atas jiwanya, "Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur."8 Dalam kesengsaraan yang pahit dan penuh penyesalan, doa ini dan ingatan mengenai pandangan Kristus yang penuh cinta dan pengasihan, memberikan pengharapan kepadanya. Sesudah kebangkitan Kristus, Kristus mengingat Petrus, dan memberikan kepada malaikat berita untuk disampaikan kepada perempuan itu, "Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada muridmuridNya dan kepada Petrus; Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia." Pertobatan Petrus diterima oleh Juruselamat yang suka mengampuni.

Dan pengasihan yang sama yang menjangkau untuk melepaskan Petrus diulurkan kepada setiap jiwa yang telah jatuh ke dalam pencobaan. Tujuan utama setan ialah menyesatkan manusia ke dalam dosa, dan kemudian meninggalkan dia, gemetar dan tanpa daya, membuat takut mencari pengampunan. Tetapi mengapa kita harus takut, bila Allah telah berkata, "Kecuali kalau mereka mencari perlindungan kepadaKu dan mencari damai dengan Aku, ya mencari damai dengan Aku!" Setiap persediaan telah diadakan bagi kelemahankelemahan kita, setiap penghiburan menawarkan kepada kita untuk datang kepada Kristus.

Kristus mempersembahkan tubuhNya yang remuk untuk membeli waris Allah, untuk memberikan kesempatan yang lain kepada manusia. "Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." Oleh kehidupanNya yang tiada bercela, penurutanNya, kematianNya di salib Golgota, Kristus menjadi pengantara bagi bangsa yang tersesat. Dan sekarang, bukan sekedar sebagai pemohon, Penghulu keselamatan kita mengantarai bagi kita, melainkan sebagai Penakluk yang menuntut kemenanganNya. PengorbananNya sempurna dan sebagai Pengantara kita Ia melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkanNya sendiri. Memegang di hadapan Allah pedupaan yang berisi jasajasaNya sendiri yang tidak bercela dan doa, pengakuan serta terima kasih dari umatNya. Diharumi dengan wangiwangian kebenaranNya, naik kepada Allah seperti hidangan yang manis. Persembahan itu diterima sepenuhnya dan pengampunan meliputi semua pelanggaran.

Kristus telah menyanggupi dirinya untuk menjadi pengganti serta jaminan, dan tidak dilalaikanNya seorang pun. Ia yang tak dapat melihat umat manusia terbuka kepada kehancuran yang abadi tanpa mencurahkan nyawaNya untuk mati demi mereka itu, memandang dengan rasa pengasihan dan kasih sayang kepada setiap jiwa yang menyadari bahwa ia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Tak akan Ia memandang kepada seorang pemohon tanpa mengangkatnya, Ia yang perantaraan grafiratNya sendiri telah menyediakan bagi manusia suatu persediaan Ilahi dari kekuatan moral, tidak akan gagal untuk menggunakan kuasaNya bagi kita. Kita dapat membawa dosadosa dan kesusahan kita ke kakiNya; karena Ia mengasihi kita. Setiap pandangan serta firmanNya mengundang keyakinan kita. Ia akan membentuk dan menempa tabiat kita sesuai dengan kehendakNya sendiri.

Dalam segenap kekuatan setan tiada kuasa yang dapat mengalahkan satu jiwa yang dengan percaya yang sederhana menyerahkan dirinya kepada Kristus. "Dia memberikan kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."

"Jikalau kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Tuhan berkata, "Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap Tuhan, Allahmu.' "Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dan segala kenajisanmu dan dari semua berhalaberhalamu Aku akan mentahirkan kamu." Tetapi kita harus mempunyai suatu pengetahuan tentang diri kita, suatu pengetahuan yang akan membawa penyesalan, sebelum kita dapat beroleh pengampunan dan kedamaian. Orang Farisi itu tidak merasa bertobat dari dosa. Roh Kudus tidak dapat bekerja dengan Dia. Jiwanya dibungkus dengan suatu perisai perasaan diri benar di mana panah Allah, dibidik oleh tangan malaikat, tidak berhasil menerobosnya. Hanya orang yang mengetahui dirinya saja sebagai orang yang berdosa yang dapat diselamatkan oleh Kristus. Ia datang "untuk menyampaikan kabar baik kepada orangorang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orangorang tawanan, dan penglihatan bagi orangorang buta, untuk membebaskan orangorang tahanan, dan penglihatan bagi orangorang buta untuk membebaskan orangorang yang tertindas." Tetapi "bukan orang sehat yang memerlukan tabib." Kita harus mengetahui keadaan kita yang sebenarnya, jika tidak kita tidak akan merasa keperluan kita mengenai pertolongan Kristus. Kita harus mengerti bahaya kita, kalau tidak kita tidak akan lari kepada perlindungan. Kita harus merasa sakit akibat lukaluka kita, kalau tidak kita tidak akan menginginkan kesembuhan.

Tuhan berkata, "Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apaapa dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.''l5 Emas yang diuji dalam api adalah iman yang bekerja oleh cinta. Hanya ini yang dapat membawa kita ke dalam persesuaian dengan Allah. Kita bisa aktif, kita dapat berbuat banyak; tetapi tanpa kasih, kasih yang demikian yang berdiam dalam hati Kristus, kita tidak akan pernah dianggap masuk sebagai keluarga sorga.Tidak seorangpun dari dirinya sendiri dapat memahami kekeliruannya. "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membantu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" Bibir dapat menuturkan kemiskinan jiwa bahwa hati itu tidak mengakuinya. Sementara berbicara kepada Allah mengenai kemiskinan jiwa, hati itu menjadi angkuh dengan kecongkakan mengenai kerendahan hatinya sendiri yang unggul dan kebenaran yang tinggi. Dalam satu cara saja pengetahuan yang benar tentang diri bisa diperoleh. Kita harus memandang kepada Kristus. Karena tidak mengenal Dia menjadikan orang merasa diri tinggi dalam kebenarannya sendiri. Bila kita merenungkan kesucian dan keunggulanNya, kita akan melihat kelemahankelemahan dan kemiskinan dan cacat cela sebagaimana adanya. Kita akan melihat diri kita sendiri sesat dan tiada berpengharapan, yang terbungkus dalam perasaan diri benar, seperti orang berdosa lainnya. Kita akan melihat bahwa jika kita diselamatkan, maka itu bukanlah melalui kebaikan diri kita sendiri, melainkan perantaraan rahmat Allah yang baka. Doa pemungut cukai didengar sebab ia menunjukkan ketergantungan yang mengulurkan tangan hendak memegang Yang Maha Kuasa. Diri sendiri bagi pemungut cukai itu tampak tidak lain kecuali perasaan malu. Demikianlah seharusnya terlihat oleh semua orang yang mencari Allah. Oleh imaniman yang menolak segala percaya terhadap diri sajapemohon yang miskin yang berpegang kepada kuasa yang kekal.

Tidak ada perbuatan lahir yang dapat menggantikan iman yang sederhana dan penolakan sama sekali terhadap diri. Tetapi tidak seorangpun dapat mengosongkan dirinya dari kepentingan diri. Kita dapat hanyalah seiasekata dengan Kristus untuk melaksanakan pekerjaan itu. Kemudian bahasa jiwa itu adalah: "Tuhan, terimalah hatiku karena aku tidak dapat mengalahkannya, Ia adalah milikMu. Jadikanlah suci, karena aku tak dapat mempertahankannya demikian bagimu. Selamatkanlah aku kendatipun diriku yang lemah, yang tidak seperti Kristus. Bentuklah aku, tempalah aku, angkatlah aku ke dalam suasana yang murni dan suci, di mana aliran kekayaan kasihMu dapat mengalir melalui jiwaku."

Bukanlah hanya pada permulaan kehidupan kekristenan yang membuat penyangkalan diri ini terjadi. Dalam setiap langkah maju menuju ke sorga ia harus dibaharui. Semua pekerjaan kita yang baik bergantung atas suatu kuasa yang berada di luar diri kita sendiri. Oleh sebab itu harus ada jangkauan yang terusmenerus dari hati kita terhadap Allah, suatu pengakuan dosa yang terusmenerus, sungguhsungguh, yang menghancurkan hati dan merendahkan jiwa itu di hadapan Dia. Hanya oleh penyangkalan diri yang tetap dan bergantung kepada Kristus kita dapat berjalan dengan aman.

Semakin dekat kita datang kepada Yesus dan semakin jelas kita melihat kesucian tabiatNya, semakin jelas kita akan melihat kehebatan dosa itu dan semakin kurang perasaan kita untuk meninggikan diri kita. Orang yang dianggap suci oleh sorga adalah orang yang terakhir hendak menunjukkan kebaikannya. Rasul Petrus menjadi seorang pekerja Allah yang setia dan ia amat dihormati dengan terang dan kuasa ilahi; ia mempunyai bagian yang aktif dalam membangun gereja Kristus; tetapi Petrus tidak pernah lupa pengalaman yang menakutkan dari kehinaannya. Dosanya dilupakan; namun ia tahu betul bahwa kelemahan tabiat yang telah menyebabkan kejatuhannya, hanya rahmat Kristus dapat menutupinya. Dalam dirinya ia tidak mendapati sesuatu untuk dimuliakan.

Tidak seorangpun dari rasulrasul atau nabinabi yang pernah mengaku tidak mempunyai dosa. Orang yang hidup paling dekat dengan Allah, orang yang rela mengorbankan nyawanya gantinya berbuat kesalahan, orang yang dihormati Allah dengan terang dan kuasa ilahi, telah mengakui sifatnya yang penuh dosa. Mereka tidak menaruh keyakinan dalam tubuhnya, tidak mengakui kebenaran dirinya sendiri, tetapi telah percaya dengan sepenuh hati dalam kebenaran Kristus. Demikianlah pula dengan semua orang yang memandang kepada Kristus.

Dalam setiap langkah maju dalam pengalaman kekristenan pertobatan kita akan menjadi lebih dalam. Kepada orang yang telah, diampuni Tuhan, terhadap orang yang telah diakuiNya sebagai umatNya, Ia berkata, "Dan kamu akan teringat kepada kelakuanmu yang jahat dan perbuatanperbuatan mu yang tidak baik dan kamu akan merasa mual melihat dirimu sendiri karena kesalahankesalahanmu dan perbuatanperbuatanmu yang keji." Sekali lagi Ia berkata, "Aku akan meneguhkan perjanjianKu dengan engkau dan engkau akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan, dan dengan itu engkau akan teringatingat yang dulu dan merasa malu, sehingga mulutmu terkatup sama sekali karena nodamu, waktu Aku mengadakan pendamaian bagimu karena segala perbuatanmu, demikianlah firman Tuhan Allah."8 Lalu bibir kita tidak akan dibuka untuk memuliakan diri sendiri. Kita akan tahu bahwa kekuatan kita adalah dalam Kristus saja. Kita akan menjadikan pengakuan rasul menjadi pengakuan kita, "Sebab Aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik." "Tetapi aku sekalikali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."

Sesuai dengan pengalaman ini ada perintah, "tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya." Allah tidak mau engkau merasa takut bahwa Ia akan gagal untuk menggenapi janjiNya, bahwa kesabaranNya akan habis atau pengasihanNya akan ternyata kurang. Takutlah supaya jangan kemauanmu tidak akan ditaklukkan kepada kemauan Kristus, supaya jangan sifatsifat warisan dan yang dipertumbuhkan akan mengendalikan kehidupan. "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya." Takutlah, jangan sampai kemauan diri sendiri akan menghalangi tujuan tinggi yang Allah, perantaraan engkau, ingin laksanakan. Takutlah untuk percaya kepada kekuatanmu sendiri, takutlah untuk menarik tanganmu dari tangan Kristus dan takutlah berusaha untuk menjalani jalan kehidupan tanpa hadiratNya yang tetap. Kita perlu menutupi segala sesuatu yang dapat mendorong kepada kecongkakan dan merasa diri kuat; oleh sebab itu kita harus waspada dalam memberi atau menerima pujian yang mulukmuluk. Adalah pekerjaan setan untuk meleceh. Ia suka meleceh juga suka menuduh dan menghakimkan. Dengan demikian ia berusaha merusakkan jiwa. Orang yang memberi pujian kepada manusia digunakan setan sebagai alatalatnya. Hendaklah pekerjapekerja Kristus memimpin setiap kata pujian jauh dari diri mereka.

Hendaklah diri itu dikeluarkan dari pandangan. Kristus saja yang harus ditinggikan. "Bagi Dia, yangmengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya.''Hendaklah setiap mata dan pujian setiap hati diarahkan ke atas. Kehidupan di mana takut akan Tuhan didambakan tidaklah akan menjadi kehidupan yang sedih dan suram. Adalah ketidakhadiran Kristus yang menjadikan wajah sedih dan kehidupan menjadi pengembaraan yang penuh keluh kesah. Orang yang dipenuhi dengan penghargaan terhadap diri dan cinta diri tidak merasakan persatuan pribadi yang hidup dengan Kristus. Hati yang belum jatuh di atas batu angkuh terhadap kesempurnaannya. Orang menginginkan agama yang terhormat. Mereka ingin berjalan dalam jalan yang cukup lebar untuk membawa serta sifatsifatnya sendiri. Cinta dirinya, cinta kepada kepopuleran dan gila pujian, mengeluarkan Juruselamat dari hati mereka dan tanpa Dia ada kemuraman dan kesedihan. Tetapi Kristus yang tinggal dalam jiwa adalah suatu sumber kesukaan. Bagi semua orang yang menerima Dia, kunci inti dari firman Allah menyukakan hati.

"Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus namaNya: Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersamasama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orangorang yang remuk."

Adalah ketika Musa tersembunyi di celah batu sehingga ia memandang kemuliaan. Adalah bilamana kita bersembunyi dalam Batu Karang Kristus akan melindungi kita dengan tanganNya sendiri yang terluka dan kita akan mendengar apa yang dikatakan Tuhan kepada hambahambaNya. Bagi kita, seperti kepada Musa, Allah akan menyatakan diriNya sebagai "penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beriburibu orang yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa." Pekerjaan penebusan menyangkut akibatakibat yang sulit bagi manusia untuk mendapatkan sesuatu konsepsi. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Bila orang berdosa itu, ditarik oleh kuasa Kristus mendekati salib yang ditinggikan dan menaklukkan dirinya di hadapannya, ada suatu kehidupan yang baru. Suatu hati yang baru diberikan kepadanya. Ia menjadi makhluk yang baru dalam Yesus Kristus. Kesucian akan mencapai titik di mana tidak ada apaapa yang diperlukan lagi. Allah sendiri "benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus." Dan "mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya."

Besarlah malu dan kehinaan oleh dosa, lebih besar lagi kehormatan dan ketinggian perantaraan cinta tebusan. Bagi umat manusia yang berusaha untuk menyesuaikan diri kepada peta ilahi diberikan seperangkat harta sorga, kekuatan yang hebat, yang akan menempatkan mereka lebih tinggi dari malaikat yang belum pernah berdosa
"Beginilah firman Tuhan, Penebus Israel, Allahnya Yang Mahakudus, kepada dia yang dihinakan orang, kepada dia yang dijijikkan bangsabangsa, . . . Rajaraja akan melihat perbuatanKu, lalu bangkit memberi hormat, dan pembesarpembesar akan sujud menyembah, oleh karena Tuhan yang setia oleh karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang memilih engkau."

"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Kita semua, O Tuhan, telah tersesat,
Dan menyimpang dari jalan semawi-Mu:
Kekejaman dosa kaki kita telah berpijak,
Jauh dari jalanMu, Allah kita.

Dalam derita tobat kita berseru,
Dan mengangkat kepada Dikau seruan yang hina,
Ditarik oleh kasih, kita menoleh kepadaNya
Yang telah mati untuk menyelamatkan kita dari dosa kita.

Dengarlah kami, dombadombaMu, Gembala yang Besar,
Pengembaraan kami berhenti, kaki kamijaga:
Kami mencari naungMu sekali lagi,
Kami tidak akan siasia mencari Dikau, Tuhan.

Josiah Pratt

Didasarkan atas Lukas 18:914; (1) Yes. 65:5; (2) Matius 5:3; (3) Markus 14:27, 29 (4) Yohanes 21:1S, 17; (5) Dan. 12:10; (6) Yakobus 1:12; (7) 1 Kor. 10:12, (8) Lukas 22:32; (9) Markus 16:7; (10) Yesaya 27:S; (11) Ibrani 7:25; (12) Yesaya 40:29; (13) 1 Yohanes 1:9; Yer. 3:13; Yeh. 36:25; (14) Lukas 4:18; 5:31; (15) Wah.
3:17, 18; (16) Yer. 17:9; (17) Yeh. 36:31; (18) Yeh. 16:62, 63; (19) Roma 7:18 Gal. 6:14; (20) Fil. 2:12, 13; (21) Wah. 1:5; (22) Yes. 57:¢5, (23) Kel. 34:6, 7 (24) 1 Kor. 2:9; (25)Roma 3:26; 8:30; (26)Yes. 49:7.

0 Response to "DUA ORANG YANG BERBAKTI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel