MENJUAL NAMA YESUS DENGAN PENGLIHATAN




MENJUAL NAMA YESUS DENGAN PENGLIHATAN

Dewasa ini, banyak orang yang mengaku hamba Tuhan atau pendeta yang menyaksikan kepada jemaat bahwa dirinya memperoleh penglihatan.
Penglihatan-penglihatan tersebut sebenarnya belum tentu berasal dari Tuhan.
Tidak ada yang bisa membuktikan dengan mudah bahwa penglihatan yang diperolehnya tersebut benar-benar dari Tuhan.
Hal ini merupakan subjektifitas yang sukar dibuktikan kebenarannya.
Karena tidak mudah untuk membuktikan kebenaran dari penglihatan tersebut, maka kita harus benar-benar berhati-hati dalam meresponinya.

Hendaknya, kita tidak mudah menerima kalau seseorang mengaku telah menerima sebuah penglihatan.
Roh Kudus akan menolong kita membedakan roh, apakah suatu penglihatan berasal dari Allah atau bukan.

Di tengah-tengah suasana kompetisi antar gereja dan pendeta sekarang ini, ada godaan dalam diri banyak pendeta yang tidak takut akan Tuhan mengarang cerita atau bersaksi dusta mengenai pengalamannya dengan Tuhan, yaitu menerima penglihatan. Penglihatan-penglihatan tersebut menjadi “barang jualan” di mimbar-mimbar gereja.

Buku-buku yang dikarang dengan memuat penglihatan-penglihatan, seperti pengalaman diangkat ke surga, melihat neraka, dan sejenisnya akan laku dijual di pasaran.
Harus diingat bahwa Paulus sendiri menerima penglihatan yang begitu hebat, tetapi tidak menyaksikannya dengan sembarangan.
Paulus menyimpannya selama 14 tahun (2Kor. 12).
Paulus tidak memanfaatkan pengalaman penglihatannya untuk kepentingan tertentu.
Ia hanya menyaksikan penglihatan tersebut jika Tuhan menghendakinya, bukan untuk diobral murahan.

Masyarakat Timur seperti Indonesia yang suka hal-hal yang bersifat mistis, klenik, keajaiban-keajaiban, dan sejenisnya, menyukai kesaksian mengenai penglihatan-penglihatan. Pendeta atau orang-orang yang mengaku hamba Tuhan, memanfaatkan situasi ini untuk menarik masa guna menghimpun sebuah komunitas.
Bagi mereka, itulah karir dan masa depan hidup dirinya dan keluarganya.
Fakta yang tidak dapat dibantah, pendeta atau hamba Tuhan yang menyelenggarakan pelayanan dengan menyaksikan penglihatan-penglihatan banyak digemari orang.

Mereka dapat memiliki pengikut yang jumlahnya sangat besar di berbagai daerah dan kota.
Mereka bisa berhasil membangun gereja-gereja besar dan sederetan kegiatan yang besar pula. Demi keselamatan banyak orang percaya yang tulus-tulus, kadang Tuhan harus menghentikan pelayanan hamba-hamba Tuhan atau pendeta tersebut dengan sakit, atau bahkan diizinkan Tuhan meninggal dunia.

Ciri dari pendeta atau hamba Tuhan seperti itu adalah selalu menyertakan kesaksian penglihatan dalam khotbahnya.
Tidak jarang, penglihatan-penglihatan yang diakui diperoleh dari Tuhan menjadi landasan kebenaran yang disampaikan.
Dengan demikian, pengalaman pribadi menjadi landasan kebenaran yang dikenakan untuk orang lain.

Seandainya penglihatan itu berasal dari Tuhan, belum tentu dapat menjadi landasan kebenaran yang dapat dikenakan bagi orang lain.
Apalagi kalau penglihatan tersebut palsu, maka akan semakin menyesatkan.
Harus diingat bahwa berkhotbah adalah menyampaikan suara Tuhan bukan penglihatan-penglihatan yang subjektif.

Pendeta atau hamba Tuhan yang sudah terbiasa mengemukakan penglihatan-penglihatan dalam menyampaikan khotbah atau kesaksiannya, akan semakin berani mengarang penglihatan yang diakui sebagai dari Tuhan.
Padahal, itu bukan berasal dari Tuhan.
Karena begitu biasanya mengemukakan penglihatan, maka dikesankan Tuhan itu Pribadi yang murahan.
Ini adalah sikap kurang ajar terhadap Tuhan.

Kita harus berhati-hati dalam menanggapi fenomena seperti di atas.
Kita tidak menyangkal adanya penglihatan. Seiring bergulirnya perkembangan zaman, tidak menutup kemungkinan adanya penglihatan yang diberikan oleh Tuhan.
Tetapi hendaknya, kita tidak terbelenggu oleh keinginan mengalami atau memperoleh penglihatan.

Kalau Tuhan memandang perlu untuk memperoleh penglihatan, Tuhan pasti akan memberikannya.
Tetapi kalau tidak, hendaknya kita tidak memaksa Tuhan memberi penglihatan. Tokoh-tokoh iman dalam Alkitab tidak meminta penglihatan, namun Tuhan memberikan kepada mereka di saat Tuhan memandangnya perlu.

Bagi hamba-hamba Tuhan atau pendeta, hendaknya tidak merasa kecil atau minder kalau tidak mengalami penglihatan.
Kebenaran Firman yang murni, kalau kita sampaikan dengan kerendahan hati, maka, pemberitaan Firman akan menjadi pesona yang memikat orang datang kepada Tuhan. Kebenaran Firman itulah yang memerdekakan, bukan penglihatan-penglihatan (Yoh. 8:31-32). Penglihatan hanya membuat orang terpesona terhadap orang yang menerima penglihatan, tetapi tidak mengarahkan orang kepada kebenaran Firman Tuhan, Tuhan sendiri, dan kerajaan-Nya.


Sumber: FB Langit Baru Bumi Baru

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel