DIKERAT DARI PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN




DIKERAT DARI PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN

Dalam bab ini dikemukakan kenyataan yang tidak enak, yaitu fakta dikerat atau dipotongnya orang-orang Kristen dari persekutuan dengan Tuhan. Hal ini yang membuat seorang Kristen tersebut terbuang ke dalam api kekal, terpisah dari persekutuan dengan Bapa dan Tuhan Yesus selama-lamanya. Mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk dipulihkan. Sesuatu yang tidak pernah dipikirkan dan diduga, tetapi hal ini adalah kenyataan yang tidak bisa dibantah. Dengan memahami, menerima dan menghayati kebenaran ini, maka seseorang akan lebih berhati-hati dalam menapaki hari-hari hidupnya yang singkat di dunia ini.

Dari yang dikemukakan oleh Paulus dalam Roma 11:21-24, sangat jelas menunjukkan adanya kemungkinan orang-orang yang sudah mengaku percaya “dipotong” dan terbuang dari hadirat Allah selamanya. Itulah sebabnya Paulus tegas berkata: “Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu.” Dalam pernyataan ini Paulus menunjukkan kesejajaran orang percaya dengan bangsa Israel; sebagaimana Allah menolak sebagian bangsa Israel sehingga mereka tidak akan pernah mengalami dan memiliki keselamatan, demikian juga sebagian orang percaya. Dalam hal ini Tuhan tidak segan-segan membuang atau memotong orang percaya dari statusnya sebagai anak-anak Allah dan ahli waris Kerajaan Surga. Biasanya ini adalah anak-anak Allah yang belum sah (nothos). Hal ini juga dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 7:21-23, orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, ternyata bisa tidak dikenal oleh Tuhan atau ditolak masuk Kerajaan Surga, karena tidak melakukan kehendak Bapa.

Kata “tidak menyayangkan” dalam teks aslinya adalah epheisato (ἐφείσατο), dari kata pheidomai (φείδομαι), yang sebenarnya lebih berarti spare, refrain (cadangan, menahan diri). Jadi, maksud pernyataan Paulus adalah bahwa Allah rela atau tidak menahan diri kalau ada cabang-cabang yang harus dipotong, dan mereka tidak lagi menempel pada batang yang ditunjang akar. Hal ini terjadi, jika mereka tidak hidup dalam kemurahan-Nya, atau tidak menuruti yang dikehendaki oleh Allah. Terjemahan Bahasa Indonesia sangat tepat untuk menunjukkan maksud ayat ini: “Allah tidak menyayangkan.” Terkesan kata ini “kejam”, tetapi inilah realitanya. Allah bisa mengasihi atau menyayangi seseorang dan membawanya ke surga, tetapi Allah juga bisa membuang seseorang ke dalam api kekal. Hal ini tergantung respon individu terhadap Allah.

Paulus mengatakan “perhatikanlah kemurahan-Nya” dan juga “kekerasan-Nya.” Kata kemurahan-Nya dalam teks aslinya adalah khrestotes (χρηστότης) yang juga berarti kebaikan (goodness, kindness), kebaikan (moral goodness), integritas (integrity) dan kemurahan hati (generosity). Sedangkan kata “kekerasan” dalam teks aslinya adalah apotomia (ἀποτομία) yang memiliki beberapa pengertian; antara lain keras, kejam (severity), kekasaran (roughness), ketegasan, kekakuan (rigour). Dalam teks ini, Paulus menasihati jemaat untuk memperhatikan dua kutub yang bisa dilakukan Allah atas umat, atau yang umat bisa alami dan menerimanya dari Allah.

Banyak orang Kristen hanya melihat kemurahan-Nya, tetapi tidak melihat aspek lain yang bisa dilakukan Allah, atau yang bisa terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Ini adalah pemberitaan Firman yang tidak seimbang. Harus dipahami bahwa kebenaran haruslah utuh atau bulat, kalau hanya menyampaikan sebagian dari kebenaran berarti dusta. Harus diakui betapa kejamnya orang-orang yang memberitakan Firman tidak penuh, tetapi hanya sebagian kebenaran saja. Karena hal ini dapat membinasakan banyak orang. Biasanya pemberitaan Firman yang tidak utuh ini, disebabkan oleh teologi mereka yang salah, khususnya mereka yang mengajarkan kemakmuran jasmani (prosperity theology), hypergrace, hanya menekankan mukjizat dan karunia-karunia roh dan Kekristenan yang telah dijadikan sama seperti agama (biasanya ini terjadi atas gereja-gereja yang sudah berdiri sejak ratusan bahkan ribuan tahun).

Kebenaran yang dikemukakan di atas, paralel dengan yang dikemukakan dalam 1 Korintus 10:11 Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Sebagaimana hanya sebagian orang Israel yang bisa sampai tanah Kanaan, maka tidak semua orang Kristen akan masuk surga. Hal ini seharusnya membangkitkan kegentaran kita terhadap Tuhan. Kita tidak boleh “main-main” atau menganggap remeh dalam berurusan dengan Tuhan. Orang-orang yang telah terbelenggu percintaan dengan dunia, pasti menganggap remeh bila berurusan dengan Tuhan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel