kisah tentang Petrus
Friday, 11 January 2019
Edit
Begitu nama Petrus disebutkan, semua orang penuh dengan pujian, langsung teringat akan semua kisah tentang Petrus—bagaimana ia tiga kali menyangkal mengenal Tuhan dan terlebih lagi memberikan pelayanan kepada Iblis, dengan demikian menguji Tuhan, tetapi pada akhirnya dipaku terbalik di kayu salib demi Dia, dan lain sebagainya. Sekarang Aku menganggap penting untuk menceritakan kepada kamu sekalian bagaimana Petrus mengenal-Ku serta hasil akhir yang dicapainya. Pria ini, Petrus, memiliki kualitas yang luar biasa, tetapi lingkungannya berbeda dari lingkungan Paulus. Orangtuanya menganiaya Aku, mereka adalah milik Iblis yang dirasuki oleh Iblis, dan karena alasan inilah orang tidak dapat mengatakan bahwa mereka mewariskan jalan itu kepada Petrus. Petrus seorang yang cekatan, diberkati dengan kecerdasan alamiah, sangat disayangi sejak masa kanak-kanak oleh orangtuanya; Namun setelah tumbuh dewasa, ia menjadi musuh mereka, karena ia selalu mencari jalan untuk mengenal Aku, dan hal ini menuntunnya untuk berbalik menentang orangtuanya. Hal ini disebabkan, pertama-tama, karena ia percaya bahwa langit dan bumi dan segala sesuatu berada di tangan Yang Mahakuasa, dan bahwa segala hal yang positif berasal dari Tuhan dan datang langsung dari-Nya, tanpa melalui pemrosesan apa pun oleh Iblis. Dengan contoh yang berkebalikan dari orangtuanya sebagai kontras, hal ini memungkinkan dirinya untuk lebih siap dalam mengenali kasih dan belas kasihan-Ku, dengan demikian mengobarkan dalam dirinya semangat yang lebih besar untuk mencari Aku. Ia memberikan perhatian yang teliti tidak hanya untuk makan dan minum firman-Ku, tetapi terlebih lagi untuk memahami maksud-maksud-Ku, dan selalu bijaksana dan berhati-hati dalam pemikirannya, sehingga ia selalu cerdik dalam rohnya, karena itu ia dapat menyenangkan Aku dalam segala sesuatu yang dilakukannya. Dalam kehidupan sehari-hari, ia memperhatikan dengan saksama cara menyatukan pelajaran dari orang-orang yang pernah gagal di masa lalu agar dapat memacu dirinya sendiri untuk berusaha lebih keras, penuh ketakutan bahwa ia mungkin terjerumus dalam perangkap kegagalan. Ia juga memperhatikan dengan cermat demi mempelajari dan memahami secara menyeluruh iman dan kasih dari semua orang yang selama berabad-abad telah mengasihi Tuhan. Dengan cara ini tidak hanya dalam aspek negatif, tetapi yang lebih penting, dalam aspek positif ia mempercepat kemajuan pertumbuhannya, sehingga di hadirat-Ku ia menjadi manusia yang mengenal-Ku dengan sangat baik. Karena alasan ini, tidak sulit untuk membayangkan bagaimana ia dapat meletakkan segala yang dimilikinya dalam tangan-Ku, tidak lagi menjadi tuan atas dirinya sendiri bahkan dalam hal makan, berpakaian, tidur, atau tempat tinggal, tetapi membuat-Ku puas dalam segala hal dan atas dasar itu menikmati karunia-Ku. Seringkali Aku mengujinya, yang tentu saja membuatnya setengah mati, namun bahkan di tengah-tengah ratusan ujian ini, tak sekalipun ia kehilangan kepercayaan atau menjadi kecewa kepada-Ku. Bahkan ketika Aku mengatakan bahwa Aku sudah membuangnya, hatinya tidak menjadi lemah atau tenggelam dalam keputusasaan, tetapi seperti sebelumnya tetap melanjutkan untuk melaksanakan prinsipnya demi mewujudkan kasihnya kepada-Ku. Ketika Aku memberitahukan hal itu kepadanya, meskipun ia mengasihi-Ku, Aku tidak memujinya, tetapi akan melemparkannya ke dalam tangan Iblis pada akhirnya. Di tengah-tengah ujian ini, yang tidak menjangkau dagingnya tetapi merupakan ujian melalui firman, ia tetap berdoa kepada-Ku: Oh, Tuhan! Di antara langit dan bumi dan begitu banyak hal, adakah manusia, makhluk apa pun, atau perkara apa pun yang tidak berada dalam genggaman tangan-Mu, Yang Mahakuasa? Ketika Engkau mau menunjukkan belas kasihan kepadaku, hatiku sangat bersyukur karena belas kasihan-Mu; ketika engkau ingin menghakimi Aku, meskipun aku mungkin tidak layak, aku semakin merasakan misteri yang dalam dari perbuatan-Mu, karena Engkau penuh dengan kuasa dan hikmat. Meskipun tubuhku mungkin menderita, aku terhibur dalam rohku. Bagaimana mungkin aku tidak memuji hikmat dan perbuatan-Mu? Bahkan jika aku mati setelah mengenal engkau, aku akan selalu siap dan bersedia. Oh, Yang Mahakuasa! Tentunya hal itu bukan karena Engkau sungguh-sungguh tidak ingin memperkenankan aku untuk melihat Engkau? Tentunya hal itu bukan karena aku sunguh-sungguh tidak layak untuk menerima penghakiman-Mu? Mungkinkah ada sesuatu dalam diriku yang Engkau tidak berkenan melihatnya? Di tengah-tengah ujian semacam ini, meskipun Petrus tidak dapat memahami maksud-Ku dengan tepat, jelas bahwa ia menganggap dipakai oleh-Ku sebagai kemuliaan dan kebanggaan pribadi (meskipun sekadar menerima penghakiman-Ku agar manusia dapat melihat kemegahan dan murka-Ku), dan tidak merasa gundah karena sedang diuji. Karena kesetiaannya di hadirat-Ku, dan karena berkat-Ku atasnya, ia telah menjadi sebuah contoh dan teladan bagi umat manusia selama ribuan tahun. Bukankah inilah justru contoh yang harus kamu sekalian ikuti? Pada saat ini, kamu sekalian harus berpikir keras dan mencoba mencari tahu mengapa Aku memberikan penjelasan yang panjang lebar ini tentang Petrus. Ini harus menjadi pedoman bagimu.
Baca Teks Lengkap: https://id.godfootsteps.org/the-sixth-utterance.html