"WASPADA TERHADAP PENYESATAN"





"WASPADA TERHADAP PENYESATAN"

Banyak umat Kristen hanya mengenal ajaran bahwa Tuhan memberkati kalau mereka datang ke gereja dan memberi persembahan. Jemaat hanya diajar untuk menjadi orang baik, memiliki keluarga bahagia, mendapatkan menantu yang baik dan cucu yang sehat dan sukses, tubuh sehat, bisnis maju, dan terhormat di mata manusia. Mereka memiliki ukuran kebahagiaan yang sama dengan anak dunia. Pola pikir tersebut adalah pola pikir anak-anak dunia yang tidak mengenal kebenaran Injil yang murni. Mereka adalah orang-orang yang masih membangun kerajaannya di muka bumi ini. Sebenarnya mereka tidak menginginkan dengan sungguh-sungguh hal Kerajaan Surga. Kehidupan mereka di bumi sudah menjadi kerajaan yang nyaman dan membahagiakan. Padahal yang terpenting dan satu-satunya adalah belajar kehidupan Tuhan Yesus dan mengenakannya dalam hidup ini agar layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

Mereka hidup dalam kewajaran anak dunia, dan tidak tahu atau tidak mau tahu bagaimana mengikut Tuhan Yesus. Mereka menganggap bahwa cara atau gaya hidup mereka sudah wajar, tidak menyalahi kehendak Allah. Padahal kehidupan orang percaya harus seperti Tuhan Yesus, bersedia tidak menikmati kesenangan dunia, bahkan meninggalkan kemuliaan bersama dengan Bapa. Firman Tuhan mengatakan, “Barangsiapa tidak meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, maka ia tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 14:33). Ini adalah bagian tersulit yang sering kurang atau tidak diajarkan dengan benar kepada umat dewasa ini.

Ini sebenarnya bentuk penyesatan yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia. Dengan pikiran yang sesat tersebut mereka berpaling dari Allah yang hidup dan menujukan fokus perhatian mereka kepada dunia fana ini. Mereka tidak akan bisa “bertuhan” dengan benar. Walaupun mereka beragama dan bersila Ketuhanan Yang Maha Esa, tetapi sesungguhnya Tuhan mereka adalah materi, yang mereka pandang dapat membahagiakan. Tidak heran kalau mereka melakukan praktik-praktik hidup yang merugikan sesama dan merusak tatanan kehidupan berperikemanusiaan, seperti praktik-praktik korupsi dan kolusi, serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang.

Hal ini diringkas dalam surat Yohanes (1Yoh. 2:15-17) sebagai keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang seperti ini tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Kasih akan Bapa tidak ada pada orang itu. Mereka tidak mungkin dapat mengasihi Bapa. Mereka tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Tidak layak menjadi anak-anak Allah. Jika seseorang menjadikan Elohim -yang di dalamnya terdapat Pribadi Bapa dan Tuhan Yesus- sebagai satu-satunya yang berharga, maka ia pasti berusaha melakukan segala sesuatu yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan. Memang untuk ini seseorang harus peka terhadap kehendak Allah (Elohim); mengerti dengan tepat apa yang diingini oleh Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh sebab itu kita harus menyangkal diri, artinya meninggalkan naluri, nafsu, dan keinginan-keinginan kemanusiaan kita, dan mengarahkan diri kepada apa yang Bapa kehendaki harus kita lakukan.

Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk kesenangan hati Allah (Elohim) sangat berpotensi memiliki banyak kesenangan dan hidupnya menjadi rumit. Hidupnya akan terbelenggu oleh banyak hal yang bisa menjadi kesenangan dan obsesinya. Kalau seseorang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan, maka ia akan berusaha menyenangkan diri sendiri. Dan dunia menyediakan fasilitas untuk ia memuaskan kesenangan diri tersebut. Dengan cara ini Iblis menjerat hidup seseorang, sampai akhirnya tertangkap olehnya. Tidak mungkin orang seperti ini dapat mengabdi kepada satu Tuan, yaitu Tuhan Yesus. Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk menyenangkan hati Allah (Elohim) pasti mempunyai banyak tuan. Hidupnya akan dibuat tenggelam dengan berbagai kesibukan demi meraih berbagai kesenangan, sampai tidak mengingini Tuhan dan Kerajaan-Nya sama sekali.

Pada umumnya ukuran keberhasilan manusia telah sesat. Mereka berusaha sukses dalam studi, karir, bisnis, rumah tangga, dan lain sebagainya dalam ukuran umum atau ukuran manusia pada umumnya. Puncak keberhasilannya adalah ketika ia berhasil meraih semua itu. Menjadi filosofi yang sudah mengakar dalam diri hampir semua orang, bahwa dengan meraih semua tersebut sampai pada ukuran tertentu, maka manusia merasakan kebahagiaan. Itulah sebabnya mereka berjuang mempertaruhkan segenap hidup mereka demi meraih hal tersebut. Sampai pada level tertentu, mereka sudah tidak bisa berpikir lain selain apa yang mereka pahami dan mereka yakini bahwa satu-satunya kebahagiaan hidup adalah meraih semua hal tersebut. Sampai pada level tersebut seseorang terjerat dalam penjara kuasa dunia atau kuasa kegelapan. Biasanya mereka tidak menyadari keadaan malang tersebut, bahkan tidak sedikit yang merasa bangga dengan keberadaan mereka yang sukes di mata dunia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel