"PEMBAHARUAN PIKIRAN OLEH FIRMAN TUHAN"




"PEMBAHARUAN PIKIRAN OLEH FIRMAN TUHAN"

Dalam doa Tuhan Yesus kepada Allah Bapa: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh. 17:17). Doa ini memiliki isi yang pasti sangat penting, memuat kebenaran yang harus orang percaya pahami. Dari doa Yesus ini kita dapat menemukan nafas kebenaran yang sangat luar biasa, yang dapat membuka wawasan pikiran mengenali realitas hidup Kekristenan menurut standar Tuhan. Yesus mengucapkan kata-kata dengan emosi dan perasaan yang sangat mendalam, sebab dialog dalam doa tersebut dilakukan dengan Bapa di surga. Oleh sebab itu, mestinya setiap butir kalimat yang diucapkan Yesus, kita pahami maknanya.

Dalam doa-Nya, Yesus menyinggung mengenai pengudusan. Selama ini, orang hanya mengenali pengudusan oleh darah Yesus. Pengudusan memang terjadi oleh darah Yesus yang menempatkan seseorang menjadi milik Tuhan atau menjadi anak-anak Bapa di surga. Dengan pengudusan darah-Nya, Tuhan Yesus membawa orang percaya di hadapan Bapa di surga sebagai anak-anak-Nya, walaupun keadaan orang percaya masih jauh dari sempurna. Bapa memberikan Roh Kudus agar orang percaya dituntun kepada seluruh kebenaran melalui pembaharuan pikiran setiap hari. Tanpa Roh Kudus, seseorang tidak akan bisa mengalami pembaharuan pikiran sampai pada kesempurnaan. Jadi, pengudusan oleh darah Yesus harus ditindaklanjuti dengan pengudusan oleh Firman.

Pengudusan oleh darah Yesus menghapus dosa, tetapi pengudusan dengan Firman Tuhan adalah pembaharuan pikiran. Ketika Yesus berkata dalam doa-Nya: “…kuduskanlah mereka dalam kebenaran” (Yoh. 17:17). Kata kebenaran dalam teks ini adalah aletheia, yaitu kebenaran yang bertalian dengan pengertian akan Allah dan kehidupan ini menurut pandangan yang benar. Sebagai catatan penting bahwa Injil Yohanes ditulis ketika Kekristenan menghadapi pengajaran sesat gnostik pada abad pertama, di mana Injil dicampur dengan filsafat Yunani. Ajaran gnostik merusak bangunan berpikir iman Kristen yang tentu saja tidak akan dapat membangun manusia batiniah seperti yang dimiliki oleh Yesus.

Kata “kuduskanlah” dalam teks aslinya adalah hagiason(sanctify), dari kata hagiazo yang berarti bukan saja to make holy (membuat kudus) tetapi juga to venerate (mentally), menghargai nilai-nilai kesucian atau moral. Untuk dapat menghargai nilai-nilai kesucian atau moral, maka seseorang harus mengenal apa yang suci dan yang bermoral sempurna. Di sini Firman Tuhan memberikan pencerahan dalam pikiran, sehingga kita dapat menemukan atau menangkap kebenaran-kebenaran yang murni dari Alkitab. Bila dapat diilustrasikan, hidup orang percaya dapat digambarkan seperti hardware komputer. Pemulihan dengan Allah berarti komputer tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik. Tetapi apa artinya komputer dengan arus listrik tanpa software atau program aplikasi? Tuhan Yesus adalah kebenaran (aletheia), yaitu software-nya. Dalam hal ini Roh Kudus berperan sebagai yang mengunduh atau memasang aplikasinya. Sebab Roh Kuduslah yang memberi pengertian untuk memahami Firman-Nya. Pengudusan pikiran pada dasarnya sama seperti proses tersebut.

Kata hagiozo memiliki kata benda dan sekaligus sifat -yaitu hagios- yang berarti berbeda dari yang lain. Jadi menguduskan berarti juga “membuat berbeda dari yang lain.” Doa Tuhan Yesus mengarah agar orang percaya “terlindungi daripada yang jahat” dengan cara “menguduskan mereka dengan Firman Tuhan.” Di sini peran Firman Tuhan yang original atau murni sangatlah besar, sebab hanya Firman yang dapat mengubah pola hidup seseorang. Software yang salah yang telah di-install ke pikiran banyak orang harus digantikan dengan software baru. Hamba-hamba Tuhan berperan dalam meneruskan apa yang Tuhan telah ajarkan kepada murid-murid-Nya.

Di dalam Roma 12:2 tertulis: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kata “sehingga” (εἰς) dalam ayat ini menunjukkan bahwa perubahan dalam hidup seseorang terjadi akibat proses. Jadi, seseorang tidak akan mengerti kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna tanpa mengalami pembaharuan pikiran setiap hari. Dalam hal ini, pembaharuan pikiran harus berlangsung dalam perjalanan waktu oleh kerja keras. Dengan demikian, bisa dimengerti betapa berharganya waktu atau kesempatan yang Tuhan berikan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel