KESEMPATAN SEMAKIN SEMPIT




KESEMPATAN SEMAKIN SEMPIT

Waktu berjalan terus, tidak ada yang dapat menghentikannya kecuali Tuhan. Waktu yang sudah berjalan dan berlalu tidak dapat berulang atau kembali lagi. Dan waktu di bumi ini barulah bisa berhenti ketika Tuhan Yesus datang kedua kali. Realitas ini seharusnya menggetarkan jiwa kita, sebab seiring dengan berjalannya waktu, berlangsung pula lawatan Tuhan dan kesempatan-kesempatan besar yang Tuhan sediakan untuk mengubah kita. Bila kesempatan itu berlalu maka tidak ada kesempatan yang memiliki kualitas yang sama yang dapat terulang. Jadi, kalau seseorang mengabaikan hal ini maka banyak harta abadi yang terbuang dengan sia-sia.

Sekarang ini banyak orang tidak menyadari betapa ruginya menyia-nyiakan berkat rohani pembentukan Tuhan tersebut, tetapi suatu hari nanti di kekekalan hal ini pasti akan diratapi. Ini adalah sebuah kecerobohan. Kepada orang-orang yang ceroboh ini Tuhan Yesus berkata: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu” (Luk. 19:42). Seperti penduduk Yerusalem yang ditangisi oleh Tuhan, demikian pula dengan banyak orang Kristen hari ini yang tidak tahu apa yang perlu untuk damai sejahteranya.

Pikiran mereka telah dibutakan oleh keindahan dunia dan cara hidup anak-anak dunia yang akan binasa. Tetapi mereka merasa bahwa mereka telah menjadi orang Kristen yang baik. Sementara itu rasanya semakin hari perjalanan waktu terasa menjadi lebih cepat, padahal satu hari masih 24 jam dan satu jam masih 60 menit. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan manusia memiliki kesibukan yang semakin padat. Banyak hal yang harus diselesaikan secara cepat. Tuntutan hidup pun semakin banyak. Hal ini akan membuat manusia bermanuver dengan kecepatan lebih tinggi.

Manusia modern lebih cenderung mengerjakan segala sesuatu lebih cepat dan kalau bisa instant. Terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar. Tanpa sadar manusia tergulung dalam berbagai kesibukan dan tuntutan pekerjaan sehingga waktu hidupnya semakin terkikis, padahal setiap kita mempiliki porsi waktu tertentu. Harus selalu diingat bahwa usia manusia telah dipatok batasnya, bagaimana pun masa hidup setiap orang ada akhirnya.

Kesempatan untuk mengubah diri semakin sempit sampai pada suatu titik tidak ada kesempatan lagi sama sekali. Kalau seseorang tidak memanfaatkan kesempatan tersebut berarti ia membawa diri ke pembantaian abadi yang sangat mengerikan; terpisah dari Allah selamanya.

Dr. Erastus Sabdono

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel