TEMAN



TEMAN

“Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN” (1 Tawarikh 17:16).

Seorang pria dengan kulit kecokelatan dan mata indah berjalan ke bawah lorong. Berhenti di pintu kapel kecil pribadinya, ia melepaskan mahkota dan meletakkan di meja kecil di samping lampu minyak kerlap-kerlip. Dengan hormat memasuki ruangan yang dibuat dari papan cedar, ia menunduk rendah sebelum duduk lembut di atas bantal. Pikirannya melayang ke belakang pada beberapa bulan terakhir. Konfrensi besar pemimpin telah setuju dia dan dengan bulat memilih untuk membawa tabut Allah dari rumah Abinadab di Kiryat-Yearim ke Yerusalem. Diiringi music, pujian, dan nyanyian. Semuanya telah berjalan baik, Tabut Perjanjian diangkat tinggi, sehingga dapat dilihat semua orang, pada kereta baru yang ditarik sepasang lembu yang cocok. Artinya, semua berjalan lancar sampai salah satu lembu tersandung, Tabut Perjanjian terhuyung, dan Uza mengulurkan tangan untuk menstabilkan muatan.

Raja Daud menggelengkan kepala berubannya dalam kecemasan, mengingat kemarahannya, terutama pada dirinya sendiri, karena tidak mengikuti petunjuk Tuhan, sehingga membuat dia bertanggung jawab atas kematian Uza. Perayaan telah berubah menjadi perkabungan saat mereka meletakkan tabut untuk sementara di rumah Obed-Edom. Allah pasti telah memberkati rumah itu. Tiga bulan kemudian, dan kali ini dengan segala sesuatu yang dilakukan dengan benar oleh imam yang diurapi mengusung tabut dengan kayu pengusungnya sesuai petunjuk. Sebuah jeda untuk mempersembahkan korban di damping dengan nyanyian,pelayanan Bait Suci. Sukacita menggelegak dalam hatinya saat ia mengingat kembali mazmur syukur disusun untuk acara besar (1 Taw. 16:8 – 36).

Saat ia kembali ke istana. Daud mengenang kembali dalam pikirannya sukacita yang ia rasakan. Berjalan melalui pintu cedar berukir yang dikawal para kesatria penjaga, ia menuruni lorong ke ruang pribadinya yang berpanel cedar terbaik dan dilapisi emas. Dia mengigat pertanyaan yang mengganggu pikirannya, “Bagaimana bisa saya tinggal dalam kemegahan sementara Tuhan saya tinggal di tenda?” Dengan cepat dia berkonsultasi dengan nabi Nathan, yang telah mendukung gagasannya. Kemudian Nathan kembali keesokkan harinya, memabawa pesan dari Allah kepada Daud. Oh, satu kekecewaan besar. Daud bukanlah oarng yang akan membangun Bait Allah. Putranyalah yang mendapatkan hak istimewa itu

Jadi sekarang Daud duduk dihadapan Tuhan dan berbicara seperti kepada seorang teman. “Sekarang baiklah, Tuhan. Engkau tahu yang terbaik dan saya akan melakukan seperti yang Engkau katakan. Terimakasih atas berkat-Mu

Ya TUHAN, Allahku, berilah saya I yang rindu untuk duduk dihadapan dan berbicara, hati yang berusaha untuk melakukan kehendak-Mu. Berilah saya hati yang langsung menurut, selalu sesuai dengan perintah-Mu

0 Response to "TEMAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel