JANGAN ADA LAGI ANJING YANG MENANGIS DI HARI NATAL NANTI



JANGAN ADA LAGI ANJING YANG MENANGIS DI HARI NATAL NANTI

Bapak, Ibu dan saudara sekalian, apa makna perayaan Natal bagi anda? Tentu jawabannya banyak sekali ya hehehe, tetapi kalau boleh berbagi secara pribadi saya memaknai Perayaan Natal sebagai "Sukacita akan lahirnya Sang Juru Selamat Umat Manusia" dimana selalu ada kalimat yang menyusul di belakangnya yang berbunyi "Damai di langit, damai di bumi" yang sering kita dengar lewat lagu atau ucapan selamat natal lainnya.

Lalu apa yang dapat kita pelajari, apa yang dapat kita gali dan apa yang dapat kita rasakan dari peristiwa Yesus yang lahir di kandang betlehem ?

Ya... lewat peristiwa lahirnya Bayi Yesus di kandang betlehem kita menjadi mengerti bahwa ternyata pada malam itu tidak ada pesta meriah, tidak ada kembang api, Yusuf pun tidak menyembelih hewan dan Maria juga tidak memasak daging. Malam itu hanya ada kekudusan yang menyelimuti dan mengiringi Yusuf, Maria dan Bayi Yesus. Lewat itu pula kita menjadi paham bahwa ada pesan-pesan tentang kesederhanaan yang boleh kita teladani dalam merayakan perayaan Natal ini.

Bahkan jika kita perhatikan dalam cuplikan film atau patung-patung kecil di gua natal disana akan ada hewan-hewan juga yang ikut merasakan kedamaian itu, disana ada unta dan tiga raja dari timur, lalu ada beberapa domba yang sebelumnya digembalakan oleh para gembala dan Lengkaplah sudah kesederhanaan dan kedamaian itu tercermin dalam peristiwa yang sangat mulia bagi kita semua umat kristiani.

Sayangnya kita sering salah memaknai Perayaan Natal ini, kita justru menganggap bahwa Natal adalah pesta makan-makan, Natal adalah saat dimana kita harus makan enak sepuas-puasnya, makan daging sekenyang-kenyangnya dan tragisnya tidak cukup dengan daging ayam, kambing, babi ataupun sapi, beberapa orang juga menyembelih dan memakan daging anjing.

Padahal gereja tidak memiliki tradisi itu dan gereja tidak mengajarkan itu. Ada kebimbangan dalam diri kita untuk membedakan mana yang merupakan tradisi dan mana yang hanya sebuah kebiasaan, kebiasaan yang seharusnya bisa kita hilangkan mengingat hal itu sudah sangat tidak relevan lagi untuk diteruskan. Lalu kalau bicara tradisi gereja & (Correct me If I'm wrong) makan daging anjing bukan tradisi gereja, mungkin yang paling dekat adalah tradisi menyantap daging domba, itu pun tidak dilakukan di hari natal melainkan pada perayaan paskah. dan tidak ada keharusan mengenai itu.

Tetapi kenapa hewan-hewan peliharaan seperti anjing pun harus dikorbankan ? Disembelih atau dipukuli di dalam karung hingga terdengar teriakan, tangisan yang jika dibahasakan mereka mohon ampun dan memohon agar tidak dipukuli dan dibunuh tetapi kita tetap memukulinya hingga mati kemudian mengolah, memasak dan menyantap dagingnya. Mengapa harus begitu ? Dimana letak kedamaian dan kesederhanaannya ? Dan apakah itu teladanNya ?
Baca Juga
JANGAN ADA LAGI ANJING YANG MENANGIS DI HARI NATAL NANTI
[SHARE] BERAPA "HARGA" SEEKOR ANJING ?
GEREJA BUKAN TEMPAT ATAU AJANG UNTUK FASHION SHOW
Sedikit ilustrasinya begini:
Di suatu malam seekor anjing terlihat berlari-lari dan bermain dengan riangnya dibawah rintik hujan kecil, ya ia hanya seekor anjing jalanan yang berharap di hari Natal ini ada seseorang yang mau memberikannya sedikit remah roti dan semangkuk kecil susu.

Anjing ini hidup sebatang kara di jalanan tetapi baginya tidak apa-apa, dengan adanya sisa-sisa makanan di tempat sampah ia sudah sangat bersyukur, hatinya hanya akan sedih jika ada manusia yang melemparinya dengan batu atau memukulnya dengan gagang sapu. Tetapi beruntunglah ia, jalanan sepi hingga ia dapat mulai mengais-ngais sisa-sisa makanan yang ada di sesampahan.

Ditengah kesibukan itu muncullah dua orang pengendara motor yang membawa jerat kawat dan anjing itu pun dijerat tanpa ampun kemudian dimasukkan ke dalam karung dan dibawa ke pengepul daging anjing.

Sepanjang perjalanan dia menahan sakit karena moncongnya diikat kencang dan lidahnya tergigit karena ia sangat ketakutan. Saat ia sampai di rumah pengepul ia melambai-lambaikan ekornya sambil menatap dalam pada setiap orang, ia berharap orang-orang itu mengampuninya meski ia tidak tau kesalahan apa yang dilakukannya hingga ia harus menderita seperti itu. Berjam-jam ia merasa sangat ketakutan dan menangis tetapi siapa peduli, hingga akhirnya ia dipukuli dan mati.

Itu hanya sepenggal cerita dari anjing jalanan yang dibuang orang, yang sesungguhnya sangat ingin merasakan sedikit kedamaian natal. Bukan tidak mungkin daging yang ada dimeja makan kita berasal dari kisah-kisah seperti anjing ini.

Bapak, Ibu dan saudara-saudara sekalian, anjing adalah hewan yang sangat baik, sangat mengerti, sangat peka, setia dan mencintai manusia tetapi kenapa kita selalu mengkhianati kesetiaan mereka ? Itu karena kita masih saja selalu kesulitan untuk mengendalikan hawa nafsu hingga nafsu kita semakin liar dan ingin memangsa semuanya.

"Lohh..... tapi kita sudah diberi kuasa atas bumi dan segala isinya oleh Allah Bapa !! " itu tertulis dalam perjanjian lama !!
Benar.... tidak ada yang salah dengan itu, tetapi kuasa yang diberikan pada kita bukan berarti izin bagi kita untuk memangsa semuanya kan ?, melainkan bagaimana agar akal budi kita bekerja untuk mengelola dan memilah-milah mana yang pantas dilakukan dan mana yang tidak. Itu juga sekaligus ujian bagi kita apakah kita mampu mengendalikan hawa nafsu atau justru sebaliknya.

Dan ternyata ada kaitan pada kisah selanjutnya yang membuat kita mengerti mengapa pada waktu itu Tuhan memerintahkan Nuh untuk menyelamatkan hewan-hewan dan bukan orang-orang yang menertawainya. Ya... itu juga karena persoalan hawa nafsu.
Harusnya kita juga menumbuhkan kepekaan kita saat melihat makhluk lain berkesusahan, menumbuhkan empati kita pada makhluk lain yang miskin papa, bukan justru berlomba mengumbar nafsu yang tiada habisnya.

Ya sekarang semuanya kembali pada diri kita masing-masing. Yang pasti saya dan teman-teman tetap berharap dan berdoa agar tidak ada lagi menu daging anjing di perayaan Natal tahun ini juga di tahun-tahun selanjutnya.
Semoga kita semakin mengerti bahwa Tuhan mengajarkan kita untuk hidup sederhana.

Selamat menyongsong Natal,
Semoga damai selalu menyertai kita sekalian.
Tuhan memberkati.
Amin.

Alexander Bimo Jati Nugrahanto


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel