ADA TUHAN DI BALIK BENCANA
Sunday, 24 March 2019
Edit
ADA TUHAN DI BALIK BENCANA
Bencana demi bencana melanda Bumi Pertiwi kita. Di awal tahun 2019 Bulan Maret ini, kita berduka atas bencana banjir Di Tanah Papua – Kabupaten Sentani.
Bencana-bencana ini telah menghasilkan kesedihan, belas kasihan, korban-korban, penyesalan, dan pertanyaan-pertanyaan.
Bagaimana Kita Meresponi Atau Menanggapi Bencana?
Mazmur 66 berisi nyanyian pujian yang ditujukan bukan untuk tragedi yang sedang terjadi, tetapi untuk pekerjaan tak terlihat yang dilakukan Allah selama krisis terjadi. Pada ayat-ayat ini, dengan jelas dilukiskan seorang yang bergantung pada kebesaran Tuhan selama ia mengalami masalah. Beberapa orang percaya bahwa mazmur ini ditulis seseorang (tak diketahui namanya) setelah Hizkia dibebaskan dari masa penderitaan yang besar.
Di bagian akhir pasal, para pembaca disebut sebagai "kamu sekalian yang takut akan Allah" (Mazmur 66:16). Di sepanjang pasal, pemazmur memberi petunjuk bagi orang-orang yang takut akan Allah mengenai respon yang seharusnya diberikan saat krisis menghadang. Ini merupakan nasihat yang berguna bagi orang Kristen.
"Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah" (Mazmur 66:5)
Bencana alam, seperti halnya penyakit dan kecelakaan, membuat kita seringkali bertanya-tanya tentang moralitas dan sifat Allah. Perdebatan tentang peran Allah dalam bencana sudah pernah terjadi ribuan tahun lalu, bahkan sebelum Yesus lahir ke dunia (Ayub adalah contohnya).
Sebagai orang Kristen, bagaimana kita seharusnya meresponi bencana atau tragedi dalam hidup ini?
Orang-orang Kristen yakin akan kebijaksanaan dan kedaulatan Allah, dan tidak mengganggap Dia (pernah) berbuat kesalahan.
"Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku" (Mazmur 66:17)
Saat menghadapi malapetaka atau bencana, pengikut Tuhan memiliki akses ke tahta sorgawi (Ibrani 4:14-16). Pemazmur pun berseru kepada Allah. Kata-katanya menunjukkan ketergesa-gesaan dan keputusasaan. Dan sesuai dengan firman-Nya, "Allah telah mendengar" dan menunjukkan belas kasihan-Nya (Mazmur 66:19). Di tengah-tengah bencana alam, kita sepatutnya berdoa meminta anugerah dan belas kasihan Allah bagi:
- Mereka yang terluka/tersakiti secara pribadi,
- Mereka yang berduka karena kehilangan nyawa dan tempat tinggal,
- Mereka yang takut dan khawatir akan apa yang harus dilakukan atau kemana harus pergi,
- Mereka yang bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya, dan
- Mereka yang berusaha memberikan bantuan di lapangan.
Percayalah kepada Allah – "Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup" (Mazmur 66:9)
Di masa krisis sekalipun, orang-orang yang setia kepada Allah telah mengangkat tangan mereka kepada Bapa di sorga. Kita pun bisa mengikuti teladan mereka. Coba lihat kebenaran tentang Allah berikut ini.
Allah tidak pernah berubah – Yakobus 1:17
Allah itu tegas dan tindakannya selalu jelas. Dia tidak pernah sesekali jahat atau sesekali baik, dalam tindakan maupun niat-Nya kepada kita. Allah tidak seperti manusia.
Allah itu mandiri
Dia telah menyatakan diri-Nya kepada kita. Dia adalah Dia. Allah dapat hadir terpisah dari manusia. Justru kita seharusnya bersyukur bahwa Allah mau turut campur dalam kehidupan manusia.
Allah itu baik, pengasih, penyayang, dan penuh belas kasihan
Kebaikan dan belas kasihan Allah tidak membuat Ia menahan keadilan dalam menghadapi amoralitas.
Allah berdaulat secara mutlak di alam semesta ini
Allah berdaulat atau berkuasa atas segala sesuatu untuk dijadikannya sesuai dengan kehendak-Nya. Percayalah kepada kebijaksanaan Allah ketika Anda sulit memahami rancangan-Nya yang besar. Sesederhana itulah.
#Kesimpulan
Pepatah kuno ini sangatlah tepat: "Dari selama-lamanya, Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi, dan Ia tak henti-hentinya menegakkan, mengarahkan, dan memerintah semua kejadian; namun demikian Ia tidak menjadi pembuat kesalahan atau setuju akan kekeliruan; Ia juga tidak menghancurkan kehendak bebas dan tanggung jawab yang dimiliki ciptaan-Nya yang cerdas."
#PrayForSentani
#Cycloop
#Sentani_Jayapura
