Tantangan Bagi Umat Kristen di Indonesia
Monday 24 December 2018
Edit
Tantangan Bagi Umat Kristen di Indonesia
Tantangan bagi umat Kristen di Indonesia bukan hanya bangun gereja susah. Tapi juga yang paling nyata, realistis menyasar umat Kristen adalah upaya menarik umat Kristen jadi mualaf. Banyak orang Kristen ngga punya pengetahuan tentang Alkitab, sejarah Kekristenan sehingga dengar Rizieq Shihab nanya, “Saat Yesus lahir bidannya siapa aja” jadi bingung! Nonton debat Zakir Naik jadi galau, padahal Zakir Naik asal kutip Alkitab sehingga Roh Kudus (Paraklethos) pun bisa diklaim merujuk pada Nabi Muhammad SAW. Tanpa pengetahuan Alkitab, kita yang Kristen dari lahir bisa ngga punya jawaban jika ditanya, “Mana ayat yang merujuk pada pengakuan Yesus sendiri sebagai TUHAN”. Padahal jelas ayatnya ada di Kitab Yohanes 13:13. Lebih konyol lagi jika jadi galau hanya karena dengar ceramah atau debat Kristologi yang diadakan oleh Mualaf Centre dengan deretan penceramah eks Kristen yang ngaku-ngaku pendeta pun ada meski ngga jelas belajar di Sekolah Tinggi Teologia yang mana.
Saya kira gereja amat perlu membekali jemaat dengan Kristologi sehingga jemaat yakin dengan iman Kristen dan memahami KeTuhanan Yesus dan paham Trinitas. Jemaat juga perlu diajarkan tentang Islamologi agar mengetahui Islam, sejarah Islam dan isi Alquran. Di Gereja GLOW ada Islamologi selama 12 kali pertemuan @ 3 jam sehingga jemaat ngga buta dan bisa melek agama lain. Di Gereja Generasi Apostolik pimpinan Indri Gautama saya dan suami pernah ikut tentang Kekristenan, “Ku Tahu Yang Kupercaya”. 16 kali pertemuan @3 jam yang sangat menolong untuk membangun iman karena di sini dijelaskan berbagai konsep agama-agama, keyakinan dunia dan referensi Alkitab untuk berbagai dimensi kehidupan termasuk gaya hidup. Saya menyarankan juga untuk mengajarkan tentang Israel dan Eskatologi atau ilmu tentang akhir zaman untuk jemaat agar punya dasar pijakan Alkitabiah untuk isu geopolitik kekinian.
Menurut saya pemurtadan ada di depan mata, sudah dan sedang terjadi. Saya dapat info, Mualaf Centre sudah ada di Salatiga, kota saya kuliah. Salatiga yang termasuk dalam Kota Toleran memang punya kampus Kristen yang mungkin menjadi target Mualaf Centre (mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana mayoritas Kristen). Di IPB, teman saya beritahu ada target memualafkan 2 mahasiswa tiap semester. Permurtadan lebih serius dan fatal dibandingkan khilafah karena khilafah sangat utopia untuk terwujud. Alasan saya:
1. Konsep khilafah adalah SEORANG pemimpin Islam. Ini sangat mustahil terjadi karena hingga saat ini tidak ada kesatuan di antara umat Islam. Sunni vs Syiah, sunni vs sunni, Arab Saudi menyerang Yaman, Arab Saudi yang Sunni berbeda kubu dengan Iran yang Syiah. Hamas dan Fatah saja di Palestina ngga kompak dan ngga mungkin menjadi satu kubu, di Suriah dan Irak ISIS dengan kekejaman luar biasa berupaya mendirikan Negara Islam gagal. ISIS mencoba di dua negara Islam lho, gimana bisa terwujud di seluruh dunia? HTI yang paling getol soal khilafah dilarang sebagai organisasi di beberapa negara. Contoh di Indonesia sendiri sebagai negara berpenduduk Islam sunni terbesar ada NU dan ada Muhammadiyah yang beda Hari Lebaran serta beberapa perbedaan yang buat saya yang Kristen adalah hal biasa sebagaimana perbedaan denominasi Kristen. Namun yang jelas NU dan Muhammadiyah tidak setuju konsep khilafah. Dengan perbedaan demikian banyak, gimana cara menentukan khilafah? Apa ngga terjadi rebutan klaim paling berhak sebagai khilafah? Karena sangat sulit menyatukan suara umat Islam yang terbagi banyak aliran dan terpecah-pecah dalam berbagai negara Islam maka khilafah menurut saya hanya terjadi ketika umat pengikut Yesus sudah rapture (diangkat dari bumi).
2. Khilafah itu ideologi yang hanya bisa terjadi jika semua pemeluk agama Islam sepakat untuk kembali menggunakan hukum syariat Islam. Hukum syariat Islam seperti rajam, potong tangan, cambuk, pajak bagi dhimmi (jiyza) pasti ditentang oleh PBB yang punya Deklarasi HAM. Di Indonesia saja umat Islam pasti banyak yang menolak pemberlakuan hukum syariat. Ngga ada koruptor yang dipotong tangan, kan?
3. Untuk mendirikan khilafah di Indonesia, perlu ubah UUD. Untuk buat perda syariah perlu suara anggota DPRD. Maka cara mencegah khilafah dan perda syariah adalah dengan tidak memilih caleg dan partai yang pro khilafah, setuju syariat Islam, intoleran dan tidak pro-keberagaman. Jangan sampai salah pilih caleg, jangan keliru pilih partai karena bisa berakibat perubahan suara yang berujung pada perolehan kursi di DPR. Semakin banyak anggota DPR dan DPRD yang moderat dan pro-keberagaman makin baik untuk Indonesia dan juga aman untuk minoritas (minimal aman untuk ibadah dan ngga dikenakan pajak perlindungan karena minoritas).
Saya berharap para pendeta, majelis gereja, pengurus gereja, jemaat dan para Hamba Tuhan menyempatkan waktu untuk membekali jemaat dengan pengetahuan Alkitab dan sejarah Kekristenan untuk jemaat. Para orang tua juga serius dalam urusan iman agar anak-anak ngga duniawi melulu. Betul sekali jika kita anggap iman adalah anugerah, itu dari Roh Kudus namun iman timbul dari pendengaran, pendengaran pada Firman Tuhan. Jadi ada proses, ngga bisa cuma andalkan “lahir Kristen saja”. Iman kepada Yesus Kristus adalah warisan terbesar bagi anak-anak. Terakhir, orang Kristen sebagai warga negara saya imbau jangan fokus mencegah khilafah berkuasa di Indonesia saja tetapi juga mencegah upaya memualafkan orang Kristen. Mari saling menguatkan bukan menjatuhkan. Mari saling dukung antar denominasi, ngga usah rebutan domba karena sejatinya itu domba Yesus, bukan dombanya pendeta. Biarlah Sang Gembala Agung menuntun kita dalam aman, damai, sejahtera penuh sukacita hingga Maranatha! Semangat! Indonesia penuh kemuliaan nama TUHAN YESUS.
Semoga kita adalah orang-orang yang terpanggil, dipilih dan menang. Seperti tertulis dalam Kitab Wahyu 17:14 Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."
Sumber FB Monique Rijkers