Tantangan Bagi Umat Kristen di Indonesia
Monday, 24 December 2018
Edit
Baca Juga
Saya kira gereja amat perlu membekali jemaat dengan Kristologi sehingga jemaat yakin dengan iman Kristen dan memahami KeTuhanan Yesus dan paham Trinitas. Jemaat juga perlu diajarkan tentang Islamologi agar mengetahui Islam, sejarah Islam dan isi Alquran. Di Gereja GLOW ada Islamologi selama 12 kali pertemuan @ 3 jam sehingga jemaat ngga buta dan bisa melek agama lain. Di Gereja Generasi Apostolik pimpinan Indri Gautama saya dan suami pernah ikut tentang Kekristenan, “Ku Tahu Yang Kupercaya”. 16 kali pertemuan @3 jam yang sangat menolong untuk membangun iman karena di sini dijelaskan berbagai konsep agama-agama, keyakinan dunia dan referensi Alkitab untuk berbagai dimensi kehidupan termasuk gaya hidup. Saya menyarankan juga untuk mengajarkan tentang Israel dan Eskatologi atau ilmu tentang akhir zaman untuk jemaat agar punya dasar pijakan Alkitabiah untuk isu geopolitik kekinian.
Menurut saya pemurtadan ada di depan mata, sudah dan sedang terjadi. Saya dapat info, Mualaf Centre sudah ada di Salatiga, kota saya kuliah. Salatiga yang termasuk dalam Kota Toleran memang punya kampus Kristen yang mungkin menjadi target Mualaf Centre (mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana mayoritas Kristen). Di IPB, teman saya beritahu ada target memualafkan 2 mahasiswa tiap semester. Permurtadan lebih serius dan fatal dibandingkan khilafah karena khilafah sangat utopia untuk terwujud. Alasan saya:
2. Khilafah itu ideologi yang hanya bisa terjadi jika semua pemeluk agama Islam sepakat untuk kembali menggunakan hukum syariat Islam. Hukum syariat Islam seperti rajam, potong tangan, cambuk, pajak bagi dhimmi (jiyza) pasti ditentang oleh PBB yang punya Deklarasi HAM. Di Indonesia saja umat Islam pasti banyak yang menolak pemberlakuan hukum syariat. Ngga ada koruptor yang dipotong tangan, kan?
3. Untuk mendirikan khilafah di Indonesia, perlu ubah UUD. Untuk buat perda syariah perlu suara anggota DPRD. Maka cara mencegah khilafah dan perda syariah adalah dengan tidak memilih caleg dan partai yang pro khilafah, setuju syariat Islam, intoleran dan tidak pro-keberagaman. Jangan sampai salah pilih caleg, jangan keliru pilih partai karena bisa berakibat perubahan suara yang berujung pada perolehan kursi di DPR. Semakin banyak anggota DPR dan DPRD yang moderat dan pro-keberagaman makin baik untuk Indonesia dan juga aman untuk minoritas (minimal aman untuk ibadah dan ngga dikenakan pajak perlindungan karena minoritas).
Saya berharap para pendeta, majelis gereja, pengurus gereja, jemaat dan para Hamba Tuhan menyempatkan waktu untuk membekali jemaat dengan pengetahuan Alkitab dan sejarah Kekristenan untuk jemaat. Para orang tua juga serius dalam urusan iman agar anak-anak ngga duniawi melulu. Betul sekali jika kita anggap iman adalah anugerah, itu dari Roh Kudus namun iman timbul dari pendengaran, pendengaran pada Firman Tuhan. Jadi ada proses, ngga bisa cuma andalkan “lahir Kristen saja”. Iman kepada Yesus Kristus adalah warisan terbesar bagi anak-anak. Terakhir, orang Kristen sebagai warga negara saya imbau jangan fokus mencegah khilafah berkuasa di Indonesia saja tetapi juga mencegah upaya memualafkan orang Kristen. Mari saling menguatkan bukan menjatuhkan. Mari saling dukung antar denominasi, ngga usah rebutan domba karena sejatinya itu domba Yesus, bukan dombanya pendeta. Biarlah Sang Gembala Agung menuntun kita dalam aman, damai, sejahtera penuh sukacita hingga Maranatha! Semangat! Indonesia penuh kemuliaan nama TUHAN YESUS.
Semoga kita adalah orang-orang yang terpanggil, dipilih dan menang. Seperti tertulis dalam Kitab Wahyu 17:14 Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."
Sumber FB Monique Rijkers