Pengejek -pengejek Jaman Akhir




2 Petrus 3:3:
“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.”


Amsal 11:2:
“Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.”

Amsal 18:3:
“Bila kefasikan datang, datanglah juga penghinaan dan cela disertai cemooh.”

Melontarkan cemooh atau hinaan bukanlah tindakan yang mencerminkan hikmat atau kebijaksanaan. Sebaliknya, perilaku tersebut mencerminkan perilaku orang jahat.

Keberadaan Roh Kudus dalam diri kita inilah yang menjadi faktor pembeda bagi orang percaya. Orang yang hidup sesuai pimpinan Roh Kudus akan gemar membaca, mendengarkan, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan sedangkan "orang lain" mungkin akan mengejek atau merendahkan cara hidup kita yang mengikuti pimpinan Roh Kudus.

Yesus Kristus mengajarkan kita untuk mengasihi dan mengampuni, bukan membalas menyakiti, membenci, memaki, menghina dan mengejek.

Markus 15:26, 29-32:
“(26) Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: “Raja orang Yahudi”.
(29-32) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!” Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.” Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.”

Seorang Raja yang penuh kasih dan kuasa sepatutnya dihormati, dikasihi, dan diutamakan atas segala sesuatu oleh rakyat-Nya. Namun, alih-alih semua itu, Ia dijatuhi hukuman mati dan dalam prosesnya Ia disiksa, diolok-olok, diludahi, dilucuti pakaiannya, disindir, dihina di belakang-Nya. Dalam keadaan tubuh terluka parah, Ia harus memikul kayu yang berat naik ke bukit. Berulang kali terjatuh, namun Ia bangkit kembali untuk meneruskan hukuman yang ditimpakan secara tidak adil pada-Nya. Dalam semua proses itu, tidak sekalipun Ia mengutuki atau membalas hinaan yang dilontarkan rakyat-Nya sendiri dan bahkan oleh penjahat yang seharusnya tidak layak menghina-Nya.

Raja ini ialah Yesus Kristus sendiri. Ia adalah Raja segala raja, namun harus menerima penghinaan yang paling rendah. Tulisan pada papan yang dipakukan di atas kepala-Nya di kayu salib rasanya semakin nampak dengan keadaan-Nya saat itu: seorang Raja yang disiksa dan digantung di kayu salib sebagai bentuk hukuman terberat di pemerintahan Romawi saat itu. Walaupun demikian, karena begitu besarnya kasih-Nya pada kita Ia tidak menyerah di tengah jalan dalam tugas-Nya untuk mati demi menebus dosa kita. Seperti ejekan orang-orang dalam ayat di atas, Ia bisa saja menyelamatkan diri-Nya tanpa harus melewati proses yang menyakitkan dan begitu merendahkan itu.

Ia bisa saja menghukum orang-orang yang menghina-Nya agar mereka merasakan balasan atas sikap kurang ajar terhadap Raja mereka. Sebaliknya, Ia justru tetap pada rencana awal-Nya untuk mati demi mereka, juga demi semua orang percaya di dunia ini agar mereka, kita semua, layak untuk diampuni. Dari karakter Kristus ini kita belajar pula untuk mengampuni dan tidak membalas orang yang menghina dan menyakiti hati kita. Roh Kudus yang ada dalam diri kita berperan bukan hanya sebagai Penolong, namun juga Penghibur. Lebih utama lagi, Roh Kudus memimpin kita untuk kembali pada pengenalan akan Kristus karena dari-Nya kita bukan hanya mendapat pelajaran namun juga kekuatan untuk melewati hal-hal menyakitkan yang kita alami.

Sumber FB Hengky Agro Simanjuntak

0 Response to "Pengejek -pengejek Jaman Akhir"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel