BERKAT DARI KEMISKINAN




BERKAT DARI KEMISKINAN


Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua uang tembaga, ke dalam peti itu.
Lalu Ia berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu.
Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya.” (Luk 21:1-4)

Bacaan Pertama: Why 14:1-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6

Dalam bacaan Injil hari ini, lagi-lagi kita melihat berkat dari kemiskinan dan kutuk atas kekayaan. Janda yang miskin itu sungguh mengasihi Allah karena dia memberikan kepada Allah segala yang dimilikinya. Akan tetapi, orang-orang kaya yang memberi persembahan dari kelimpahan mereka tidak memahami apa artinya cinta-kasih.

Siapa saja yang berurusan dengan pemberian “sedekah” untuk tujuan karitatif dapat menceritakan kepada anda tentang adanya paradoks yang “aneh” dalam hal pemberian berdasarkan kehendak bebas manusia.

Berbagai angka statistik gerejawi di dunia Barat menunjukkan bahwa yang memberi paling banyak sumbangan bagi Gereja dan/atau untuk kegiatan-kegiatan karitatif lainnya bukanlah orang-orang kaya, melainkan mereka yang dikategorikan sebagai orang-orang kecil-miskin.
Ternyata justru mereka yang miskinlah yang mempunyai share yang jauh lebih besar.

Tentu saja ada kekecualian, namun siapa saja yang berpengalaman dalam hal ini akan mengatakan bahwa orang-orang miskin dan berkekurangan-lah yang memberikan dengan kemurahan-hati.

Hal ini ternyata belum pernah berubah sejak Yesus mengamati kemurahan-hati sang janda miskin di Bait Suci. Bukankah hal ini merupakan alasan yang jelas mengapa terjadi kesenjangan yang besar antara orang kaya dan miskin di seluruh dunia?

Seandainya orang-orang kaya memiliki kasih yang proporsional dengan kemurahan-hati begitu banyak saudari-saudara mereka yang miskin, maka kita dapat membayangkan betapa banyaknya penderitaan manusia dapat teratasi.

Dengan demikian, tidak mengherankanlah kalau kita membaca dalam Injil, bahwasanya Yesus begitu sering berbicara dengan kata-kata yang keras tentang bahayanya kekayaan. Dan juga tidak mengherankanlah jika Yesus selalu menunjukkan preferensinya pada orang-orang miskin. Ini pun bukan merupakan sesuatu hal yang baru.

Dalam Perjanjian Lama, Allah menunjukkan kasih-Nya yang istimewa bagi orang-orang miskin, mereka yang terbuang, yang menderita, yang membutuhkan.

Cerita besar tentang “pembebasan orang-orang Israel dari perbudakan di Mesir” (Keluaran/Exodus) adalah cerita mengenai belas kasih Allah dan kebaikan hati-Nya bagi orang yang ditindas dan diperbudak. Kitab Mazmur merupakan testimoni tentang kasih Allah bagi orang-orang miskin, mereka yang dilupakan, orang yang tidak dipedulikan oleh siapa pun. Jadi, “preferential option for the poor” sebenarnya bukanlah barang baru yang diciptakan oleh Gereja abad ke-20 karena sudah merupakan warisan bagi kita dari Allah sendiri.

Yesus sendiri memilih hidup dalam kemiskinan. Allah memilih Maria yang miskin dan rendah hati sebagai Ibu bagi Yesus. Santo Fransiskus dari Assisi mengajarkan kepada para pengikut rohaninya, bahwa setiap kali mereka melihat orang miskin, mereka sebenarnya melihat Yesus dan Maria yang hidup miskin. Yesus memilih para rasul-Nya dan murid-Nya dari tengah-tengah orang miskin.

Mayoritas dari para sahabat-Nya dan pengikut-Nya adalah orang-orang miskin, dan banyak dari para murid-Nya yang kaya membuat diri mereka miskin, agar dapat meniru perikehidupan sang Guru.

DOA: Roh Kudus Allah, selidikilah hatiku dan bentuklah aku agar menjadi seorang pribadi yang mau dan mampu menghayati hidup kemiskinan sejati seperti dicontohkan oleh Yesus Kristus, Guru, Tuhan dan Juruselamatku. Amin.

0 Response to "BERKAT DARI KEMISKINAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel