AKHIR BUKU TENTANG KEHIDUPAN SESEORANG



AKHIR BUKU TENTANG KEHIDUPAN SESEORANG


Kemudian datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya, “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seseorang yang mempunyai saudara laki-laki, mati, sedangkan istrinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan istrinya itu dan memberi keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, merekanya semuanya mati tanpa meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristrikan dia.” Jawab Yesus kepada mereka, “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Mereka tidak dapat mati lagi, sebab mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam cerita tentang semak duri, di mana ia menyebut sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata, “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus. (Luk 20:27-40)

Bacaan Pertama: Why 11:4-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 144:1,2,9-10

Apakah anda merupakan jenis pribadi yang membeli sebuah buku cerita dan membaca buku itu mulai dengan bab terakhir? Apakah anda adalah jenis pembaca yang berkata, “Saya tidak pernah membaca seluruh isi sebuah buku apabila saya tidak menyukai akhirnya?” Jika demikian halnya, maka ada orang-orang yang mengkritisi anda untuk hal tersebut, namun bagaimana pun juga anda dapat dikatakan cukup bijak.
Yesus kiranya mengatakan kepada kita masing-masing, “Janganlah membuka buku tentang kehidupanmu sebelum merencanakan akhir buku tersebut.”

Marilah kita perhatikan bagaimana Yesus menanggapi cerita dan pertanyaan menjebak dari kaum Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan badan itu. Orang-orang Saduki itu seakan mengatakan: “Tuan, kami akan menjebak-Mu. Engkau berbicara mengenai kebangkitan. Oke, namun bagaimana dengan tradisi tua untuk seorang perempuan yang tidak/belum memperoleh anak untuk kawin kembali dengan adik laki-laki dari suaminya bilamana suaminya meninggal dunia?” Ini dikenal sebagai Hukum Levirat! Katakanlah perempuan itu harus kawin dengan tujuh laki-laki bersaudara, maka siapakah suaminya dalam hal kebangkitan?
Yesus seakan menjawab, “Masalahnya dengan kamu semua adalah bahwa kamu tidak memahami akhir buku yang kamu baca. Kamu tidak percaya pada happy-ending dari kehidupan, karena pemikiranmu tentang apa artinya kehidupan itu tidak pernah jernih. Namun Aku menjamin, bahwa apakah kamu memahaminya atau tidak, kebangkitan itu adalah riil.

Pada kenyataannya, akhir buku yang penuh kemuliaan itulah yang memberikan arti kepada bagian-bagian lainnya. Tanpa kemenangan itu – kemuliaan kebangkitan – apakah ada kebaikan dalam hal penderitaan sengsara dan kematian? Bukankah bab terakhir merupakan bagian yang paling penting dari cerita kehidupanmu? Bukankah hal itu yang membuat perbedaan bagaimana kamu menghayati hidup dalam cerita bab-bab selebihnya?” Sekian puluh tahun kemudian, Santo Paulus menulis kepada jemaat di Korintus: “Bilamana diberitakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Seandainya tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor 15:12-14).

Marilah kita sadari sepenuhnya, bahwa kita bergabung dengan Yesus Kristus dalam kebangkitan-Nya hanya apabila kita bergabung dengan Yesus dalam segala hal lainnya yang dialami-Nya. Kalau begitu halnya, maka semua penderitaan dan kesedihan dan kesulitan hidup yang kita alami menjadi masuk akal. Tidak hanya itu, semua itu mempunyai makna yang besar-agung, mulia dan berkemenangan. Santo Paulus menulis kepada jemaat di Roma, “Jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” (Rm 6:5).

Seorang Kristiani yang mengetahui akhir buku tentang kehidupannya dapat hidup berkemenangan bersama Yesus ...... mengalahkan Iblis dan roh-roh jahatnya ...... dan menjalani hidup sedemikian setiap hari.

DOA: Tuhan Yesus, ingatkanlah aku seringkali tentang apa dan bagaimana gambaran yang ada dalam bab terakhir buku tentang hidupku. Semoga dengan demikian aku dapat merencanakan bagian-bagian lain dari hidupku agar dapat sesuai dengan rencana-Mu atas diriku. Amin.

0 Response to "AKHIR BUKU TENTANG KEHIDUPAN SESEORANG"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel