*Bahasa Lidah Adalah Salah Satu Bahasa*



*Bahasa Lidah Adalah Salah Satu Bahasa*

Terminologi yang benar adalah Bahasa Lidah, bukan bahasa roh, karena di bahasa aslinya λαλέω γλῶσσα (laleo glossa) kalau diterjemahkan langsung artinya PENGUCAPAN LIDAH. Sama sekali tidak ada kata ROH di bahasa aslinya. Pada tahun 2000 LAI menerbitkan Alkitab yang semua kata BAHASA ROH diganti dengan BAHASA LIDAH, namun sekarang tidak terbit lagi. Saya dengar ada beberapa denominasi protes. Aneh sekali ternyata mereka bukan menginginkan kebenaran melainkan pembenaran.

Sesungguhnya bahasa lidah adalah bahasa, bahkan salah satu bahasa yang ada. Pada hari Pentakosta orang-orang dari berbagai daerah bisa mengerti bahasa yang diucapkan para Rasul.

Ketika Paulus dalam 1 Kor. 14:2, berkata tidak ada yang mengerti, itu betul, karena kalau bahasa lidahnya adalah bahasa Jepang, maka orang Yahudi bahkan orang Timteng zaman itu PASTI tidak mengerti. Inilah yang Paulus maksudkan dengan "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa lidah, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab *tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya;* oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia." Maksud Paulus orang-orang yang berbahasa lidah, tidak mengerti karena bisa saja itu bahasa Batak atau bahasa Dayak. Dan tentu hanya Tuhan yang mengerti karena Tuhan yang memberikan bahasa itu.

Kelompok Kharismatik, karena disesatkan sehingga hati mereka terarah bukan untuk mencari kebenaran, melainkan mencari hal2 yang mistis, gaib, yang pokoknya ajaib bahkan yang aneh. Sikap demikian menyebabkan mereka tidak berusaha menyelidiki Alkitab cenah akal budi.

Kalau yang diucapkan itu bukan salah satu bahasa yang ada, maka itu adalah MANTRA.

Saat proses pewahyuan belum ditutup, Alkitab belum selesai, Tuhan memakai bahasa lidah, ya tentu salah satu bahasa yang tidak ada di Timteng, untuk mendongkrak iman orang yang diberi karunia itu. Karena memang adalah hal yang ajaib misalnya seorang Manado tiba2 berbahasa Mexico.

Itulah sebabnya dikatakan bhw karunia bahasa lidah untuk membangun diri sendiri.

1 Kor 14:4 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa lidah, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.

Maka itu karunia bahasa lidah bukan untuk orang beriman tetapi untuk mereka yang tidak beriman. Tujuannya untuk mendongkrak iman penerimanya.

1 Kor. 14:22 Karena itu karunia bahasa lidah adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.

Karena belum ada Alkitab, dan orang tersebut lemah iman, maka perlu ada sesuatu untuk mendongkrak imannya. Dengan karunia bahasa Lidah, sesuatu yang ajaib terjadi, maka iman yang bersangkutan terdongkrakkan.

Namun setelah Alkitab selesai selanjutnya Tuhan memakai Alkitab untuk menguatkan iman murid-murid Tuhan, BUKAN LAGI memakai fenomena-fenomena ajaib atau yang aneh-aneh.

Selain untuk menguatkan iman, bahasa lidah adalah salah satu bentuk pewahyuan. Ketika Tuhan membuat seorang Yunani di Korintus berbahasa India di tengah-tengah acara berjemaat, itu ada isinya. Oleh sebab itu Paulus berkata harus ada penerjemahnya karena sesungguhnya Tuhan sedang menyampaikan sesuatu kepada jemaat. Bahasa lidah di tengah jemaat tidak mungkin terjadi tanpa ada pesan dari Tuhan karena jika hanya bunyi tanpa isinya, itu akan mengganggu acara.

Ketika ada yang berbahasa lidah, dan ada yang menerjemahkannya, itu adalah FIRMAN TUHAN LANGSUNG. Tentu hal ini terjadi sebelum Alkitab selesai ditulis. Jemaat mula-mula terutama yang baru terbentuk dan ditinggal pergi oleh Rasul yang akan dibunuh, sangat memerlukan firman Tuhan. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sekaligus meningkatkan iman mereka maka Tuhan membuat seseorang berbahasa yang tidak ada di Timteng dan ada orang yang menerjemahkannya. Begitulah cara Tuhan memelihara dan meningkatkan iman orang Kristen mula-mula saat belum ada Alkitab.

Namun seturut waktu berjalan Tuhan menggerakkan para Rasul menulis, dan tulisan mereka selanjutnya dijadikan standar kebenaran. Artinya, keadaannya menuju firman Tuhan yang bersifat tertulis, bukan yang lisan lagi. Apa alasannya?

[1]. Tuhan mau selanjutnya kekristenan memiliki ajaran (doktrin) yang Pasti, Sistematis, Akurat. Pengajaran demikian hanya bisa didapatkan dari firman yang tertulis. Sebab yang tidak tertulis itu tergantung pada ingatan manusia. Seandainya ada yang bisa ingat puluhan tahun, ketika dia mati maka kebenaran itu akan hilang, atau perlu dicerita ulang lagi oleh orang yang pernah mendengarnya. Siapakah yang bisa menjamin bahwa cerita itu masih akurat?
[2]. Setelah firman tertulis selesai, maka selanjutnya Tuhan tidak menggerakkan murid-muridNya berbahasa lidah lagi. Mengapa? Karena sudah ada firman tertulis, dan jika ditambah yang lisan yang disampaikan melalui bahasa lidah maka akan terjadi firman yang tumpang-tindih.
[3]. Setelah Alkitab selesai maka AKTIVITAS pewahyuan berhenti karena semua orang beriman sepanjang masa HARUS berpatokan pada Alkitab. Tidak ada orang yang dapat firman Tuhan lagi melalui mimpi, visi, bisik-bisik, atau BAHASA LIDAH. Dan iman orang percaya juga tidak lagi dikuatkan melalui fenomena bahasa lidah melainkan melalui Pembelajaran akan Alkitab (PA).
[4]. Tetapi iblis tidak tinggal diam. Dia juga memberikan bahasa lidah kepada para dukun. Semua orang Singkawang tahu bahwa dukun Tatung di Singkawang itu berbahasa lidah dan ada penerjemahnya. Kepada para dukun iblis berikan bahasa lidah atas namanya. Hal yang sangat bahaya ialah iblis berikan bahasa lidah kepada orang Kristen dalam nama Yesus.
[5]. Kesimpulannya, bahasa lidah dari Tuhan sudah tidak ada lagi sejak pewahyuan sampai kitab Wahyu 22:21, bahkan sesungguhnya itu hanya terjadi pada saat-saat awal kekristenan. Tetapi karena orang Kristen senang disesatkan, maka Tuhan menyerahkan mereka sehingga mereka meminta-minta, bahkan menuntut-nuntut agar bisa berbahasa lidah, akhirnya iblis berikan kepada mereka atas nama Yesus. Jadi, bahasa lidah yang ada,
(1) Bisa jadi itu bunyi latah ikut-ikutan,
(2) Bisa jadi itu psikotik atau
(3) Bisa jadi dari iblis.

Bahasa lidah dari Tuhan sudah tidak ada lagi.

Kiranya penjelasan ini bisa menolong Anda terhindar dari tersesatkan.

Jakarta, 23 September 2018
Dr. Suhento Liauw
<www.graphe-ministry.org>
Maranatha!*Bahasa Lidah Adalah Salah Satu Bahasa*

Terminologi yang benar adalah Bahasa Lidah, bukan bahasa roh, karena di bahasa aslinya λαλέω γλῶσσα (laleo glossa) kalau diterjemahkan langsung artinya PENGUCAPAN LIDAH. Sama sekali tidak ada kata ROH di bahasa aslinya. Pada tahun 2000 LAI menerbitkan Alkitab yang semua kata BAHASA ROH diganti dengan BAHASA LIDAH, namun sekarang tidak terbit lagi. Saya dengar ada beberapa denominasi protes. Aneh sekali ternyata mereka bukan menginginkan kebenaran melainkan pembenaran.

Sesungguhnya bahasa lidah adalah bahasa, bahkan salah satu bahasa yang ada. Pada hari Pentakosta orang-orang dari berbagai daerah bisa mengerti bahasa yang diucapkan para Rasul.

Ketika Paulus dalam 1 Kor. 14:2, berkata tidak ada yang mengerti, itu betul, karena kalau bahasa lidahnya adalah bahasa Jepang, maka orang Yahudi bahkan orang Timteng zaman itu PASTI tidak mengerti. Inilah yang Paulus maksudkan dengan "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa lidah, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab *tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya;* oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia." Maksud Paulus orang-orang yang berbahasa lidah, tidak mengerti karena bisa saja itu bahasa Batak atau bahasa Dayak. Dan tentu hanya Tuhan yang mengerti karena Tuhan yang memberikan bahasa itu.

Kelompok Kharismatik, karena disesatkan sehingga hati mereka terarah bukan untuk mencari kebenaran, melainkan mencari hal2 yang mistis, gaib, yang pokoknya ajaib bahkan yang aneh. Sikap demikian menyebabkan mereka tidak berusaha menyelidiki Alkitab cenah akal budi.

Kalau yang diucapkan itu bukan salah satu bahasa yang ada, maka itu adalah MANTRA.

Saat proses pewahyuan belum ditutup, Alkitab belum selesai, Tuhan memakai bahasa lidah, ya tentu salah satu bahasa yang tidak ada di Timteng, untuk mendongkrak iman orang yang diberi karunia itu. Karena memang adalah hal yang ajaib misalnya seorang Manado tiba2 berbahasa Mexico.

Itulah sebabnya dikatakan bhw karunia bahasa lidah untuk membangun diri sendiri.

1 Kor 14:4 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa lidah, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.

Maka itu karunia bahasa lidah bukan untuk orang beriman tetapi untuk mereka yang tidak beriman. Tujuannya untuk mendongkrak iman penerimanya.

1 Kor. 14:22 Karena itu karunia bahasa lidah adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.

Karena belum ada Alkitab, dan orang tersebut lemah iman, maka perlu ada sesuatu untuk mendongkrak imannya. Dengan karunia bahasa Lidah, sesuatu yang ajaib terjadi, maka iman yang bersangkutan terdongkrakkan.

Namun setelah Alkitab selesai selanjutnya Tuhan memakai Alkitab untuk menguatkan iman murid-murid Tuhan, BUKAN LAGI memakai fenomena-fenomena ajaib atau yang aneh-aneh.

Selain untuk menguatkan iman, bahasa lidah adalah salah satu bentuk pewahyuan. Ketika Tuhan membuat seorang Yunani di Korintus berbahasa India di tengah-tengah acara berjemaat, itu ada isinya. Oleh sebab itu Paulus berkata harus ada penerjemahnya karena sesungguhnya Tuhan sedang menyampaikan sesuatu kepada jemaat. Bahasa lidah di tengah jemaat tidak mungkin terjadi tanpa ada pesan dari Tuhan karena jika hanya bunyi tanpa isinya, itu akan mengganggu acara.

Ketika ada yang berbahasa lidah, dan ada yang menerjemahkannya, itu adalah FIRMAN TUHAN LANGSUNG. Tentu hal ini terjadi sebelum Alkitab selesai ditulis. Jemaat mula-mula terutama yang baru terbentuk dan ditinggal pergi oleh Rasul yang akan dibunuh, sangat memerlukan firman Tuhan. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sekaligus meningkatkan iman mereka maka Tuhan membuat seseorang berbahasa yang tidak ada di Timteng dan ada orang yang menerjemahkannya. Begitulah cara Tuhan memelihara dan meningkatkan iman orang Kristen mula-mula saat belum ada Alkitab.

Namun seturut waktu berjalan Tuhan menggerakkan para Rasul menulis, dan tulisan mereka selanjutnya dijadikan standar kebenaran. Artinya, keadaannya menuju firman Tuhan yang bersifat tertulis, bukan yang lisan lagi. Apa alasannya?

[1]. Tuhan mau selanjutnya kekristenan memiliki ajaran (doktrin) yang Pasti, Sistematis, Akurat. Pengajaran demikian hanya bisa didapatkan dari firman yang tertulis. Sebab yang tidak tertulis itu tergantung pada ingatan manusia. Seandainya ada yang bisa ingat puluhan tahun, ketika dia mati maka kebenaran itu akan hilang, atau perlu dicerita ulang lagi oleh orang yang pernah mendengarnya. Siapakah yang bisa menjamin bahwa cerita itu masih akurat?
[2]. Setelah firman tertulis selesai, maka selanjutnya Tuhan tidak menggerakkan murid-muridNya berbahasa lidah lagi. Mengapa? Karena sudah ada firman tertulis, dan jika ditambah yang lisan yang disampaikan melalui bahasa lidah maka akan terjadi firman yang tumpang-tindih.
[3]. Setelah Alkitab selesai maka AKTIVITAS pewahyuan berhenti karena semua orang beriman sepanjang masa HARUS berpatokan pada Alkitab. Tidak ada orang yang dapat firman Tuhan lagi melalui mimpi, visi, bisik-bisik, atau BAHASA LIDAH. Dan iman orang percaya juga tidak lagi dikuatkan melalui fenomena bahasa lidah melainkan melalui Pembelajaran akan Alkitab (PA).
[4]. Tetapi iblis tidak tinggal diam. Dia juga memberikan bahasa lidah kepada para dukun. Semua orang Singkawang tahu bahwa dukun Tatung di Singkawang itu berbahasa lidah dan ada penerjemahnya. Kepada para dukun iblis berikan bahasa lidah atas namanya. Hal yang sangat bahaya ialah iblis berikan bahasa lidah kepada orang Kristen dalam nama Yesus.
[5]. Kesimpulannya, bahasa lidah dari Tuhan sudah tidak ada lagi sejak pewahyuan sampai kitab Wahyu 22:21, bahkan sesungguhnya itu hanya terjadi pada saat-saat awal kekristenan. Tetapi karena orang Kristen senang disesatkan, maka Tuhan menyerahkan mereka sehingga mereka meminta-minta, bahkan menuntut-nuntut agar bisa berbahasa lidah, akhirnya iblis berikan kepada mereka atas nama Yesus. Jadi, bahasa lidah yang ada,
(1) Bisa jadi itu bunyi latah ikut-ikutan,
(2) Bisa jadi itu psikotik atau
(3) Bisa jadi dari iblis.

Bahasa lidah dari Tuhan sudah tidak ada lagi.

Kiranya penjelasan ini bisa menolong Anda terhindar dari tersesatkan.

Jakarta, 23 September 2018
Dr. Suhento Liauw
<www.graphe-ministry.org>
Maranatha!

0 Response to "*Bahasa Lidah Adalah Salah Satu Bahasa*"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel